DALAM hal kehadirannya, mungkin setan itu seperti Tuhan. Bisa berada di mana-mana. Satu-satunya tempat yang tidak ada setannya ya hanya surga.
Kalau setan bisa berada di surga, kan enak dong.
Meski bisa berada di mana-mana, biasanya mereka lebih suka tinggal di tempat-tempat yang cocok dengan watak dan sifatnya, yakni gelap, lembab, terisolasi, buruk, kotor, dan menakutkan.
Mungkin itu sebabnya orang yang kerasukan legion (pasukan setan). “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu” (Mrk 5: 5).
Memukuli diri dengan batu tentu sangat merusak dan menyakiti. Bukankah itu pekerjaannya setan?
Ketika melihat Sang Guru Kehidupan, setan itu takut, jatuh tersungkur dan menyembah; memohon supaya Dia tidak menyiksanya (Mrk 5: 7).
Setan amat takut terhadap siksaan dari Tuhan.
Sang Guru mengusirnya dan mereka masuk ke dalam kawanan babi yang kemudian menceburkan diri ke danau dan mati (Mrk 5: 13).
Penggambaran nasib final dari mereka yang membiarkan diri dirasuki setan.
Karena itu, orang perlu dibebaskan dari kuasa setan. Jangan sampai mati tragis dan mengerikan.
Itulah salah satu misi dari Sang Guru.
Apa yang dilakukan-Nya membuat banyak orang heran sekaligus takut. Namun orang yang sudah dibebaskan dari setan itu mewartakan pengalamannya kepada banyak orang.
Memang, pengalaman akan kuasa Tuhan itu membuat yang mengalaminya terdorong mewartakannya.
Orang-orang yang dibebaskan Tuhan dari kuasa setan sungguh merdeka. Mereka berada bersama orang lain.
Tidak lagi tinggal di tempat yang gelap, sepi, terisolasi dan menakutkan seperti setan yang berada di kuburan.
Senin, 31 Januari 2022
Peringatan Santo Don Bosco