BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Selasa, 1 Februari 2022.
Tema: Pengalaman kasih.
Bacaan.
- 2 Sam. 18: 9-10, 14b-24, 25a, 30-19: 3.
- Mrk. 5; 21-43.
“BANG, dibungkus empat ya,” kataku kepada penjual kelapa muda di pinggir jalan.
Tidak berapa lama, seorang bapak turun dari mobil. Dia juga mengambil pesanannya.
Tiba-tiba berkata, “Romo bawa yang ini saja. Saya tidak tergesa-gesa kok. Bawa saja romo. Saya senang bisa memberi sesuatu kepada Romo. Saya umat baru di sini Romo. Kemarin ikuti Ekaristi di paroki. Bila ada waktu berkenanlah mampir di rumah kami,” sapanya ramah.
“Oke. Baiklah,” jawabku keki.
Pakaiannya rapi. Mobilnya bagus dan bersih. Walaupun dengan supir, bapak ini yang turun sendiri.
Kunjunganku disambut dengan isteri dan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Satumasih anak, satunya duduk di bangku SD dan lainnya sudah di SMP.
“Beginilah rumah kami romo. Rumah dinas. Kami baru satu bulan di sini. Anak-anak juga dipindahkan sekolahnya, Mo. Suster biarawatinya yang disekolah sangat membantu juga,” terangnya.
Suasana pun semakin akrab karena akhirnya diketahui sama-sama beradal dari daerah yang sama: Solo di Jateng.
“Oh iya menarik pengalaman Minggu lalu. Kenapa bapak memberikan pesanannya untuk saya terlebih dahulu. Kan bisa pura-pura tidak kenal. Orang baru. Dan saya pun tidak pasti belum mengenal juga?” tanyaku.
Kok, bapak nggak cerita to?” sela isterinya.
“Spontan aja Romo. Saya tahu itu pastor, ya saya dahulukan. Saya menuju pulang dari kantor,” jawabnya.
“Berapa lama sudah berumahtangga?”
“15 tahun Romo.”
“Apakah ada pengalaman yang menggembirakan?”
“Mama aja yang ceritera ke romo?” imbau suaminya.
Yang menyenangkan ketiga anaknya juga ikut nimbrung. Betul-betul suasana keluarga tercipta. Malah si kecil, umur 6 tahun duduk anteng di samping. Mengagumkan.
“Sederhana Mo. Saya pimpinan cabang di sebuah bank BUMN. Kecil. Ada seorang ibu, cukup umur, ingin menabung. Pas antriannya banyak. Saya melihat ibu itu agak kasihan. Saya persilahkan ibu itu masuk ke dalam ruangan saya. Ibu antriannya lama ya. Lagi ramai bu. Ada yang bisa dibantu?” kata sang suami.
“Saya mau menabung.”
“Ibu dengan siapa?”
“Sendiri. Naik becak.”
“Ada gerak di hati untuk membantu. Saya memanggil pegawai untuk memproses keinginan ibu. 15 menit selesai.
Tak disangka, besoknya ibu itu kembali dan menabung uang lebih banyak. Ia memberi buah tangan.
Begitu Romo seterusnya. Saya perintahkan kepada pegawai supaya ibu ini mendapat prioritas pelayanan, karena umur.
Pernah saya bertanya, ”Bu kenapa sendiri? Kan sudah umur. Takut kalau ada apa-apa?”
Menghibur diri saja. Daripada di rumah terus. Saya curi-curi kesempatan. Begitu jawabnya.
Akhirnya ketahuan Romo motivasi ibu ini menabung,” jelas sang suami. “Suatu saat, saya malah dikenalkan dengan keponakan ibu yang suka menabung ini,” tambahnya.
“Ya, ini Romo, suami saya,” timpal sang ibu.
“Wah… hebat. Kenapa bisa begitu ya. Terjeratkah?” Kami pun tertawa kecil.
“Papi yang jawab, ya,” kata sang isteri sambil tersenyum. “Kan papi yang melamar.”
“Diminum dulu Romo,” kata si bapak mencairkan suasana.
“Ya, nggak tahu Mo. Almarhumah ibu berpesan, carilah orang yang menghormati dan mengutamakan orang yang tua.
Kebetulan, tante pernah bercerita. Suatu saat, saya spontan menyuruh bibik, asisten rumah kami untuk menabung.
Penampilannya, ia begitulah. Apa yang dialami tante saya, juga dialami. Ia bercerita, bagaimana diperlakukan persis seperti tante saya. Dari situ saya yakin akan pribadi yang saya cari untuk mendampingi hidup saya. Begitulah romo,” jelas sang isteri.
“Kenapa ibu sebagai orang yang berada di atas melakukan itu.”
“Spontan gerak hati saja, Mo. Hati yang baik peka akan sesama. Mengutamakan yang tua,” kisahnya.
“Mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.
Hai anakku imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.” ay 33-34
Sebuah perjumpaan iman yang mengubah segalanya menjadi indah. Di luar nalar. Itulah sentuhan kasih-Nya. Hati-Nya. Dan hidupku terberkati. Percayalah.
Tuhan, kemurahan hati-Mu, menyembuhkan dukaku. Amin