Lectio Divina 05.02.2022 – Luapan Belas Kasih-Nya

0
241 views
Belas kasih meluap dari hati-Nya, by James Tissot, 1836-1902

Sabtu. Hari Biasa, Pekan Biasa IV. Peringatan Wajib Santa Agata, Perawan dan Martir (M)

  • 1Raj. 3:4-13
  • Mzm. 119:9.10.11.12.13.14
  • Mrk. 6:30-34 

Lectio

30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika.” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.

32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Meditatio-Exegese

Rasul itu  berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan semua yang mereka kerjakan dan ajarkan

Santo Markus menyebut mereka δωδεκα, dodeka, kedua belas (Mrk. 6:7). Setelah mereka kembali, sebutan yang yang digunakan bukan lagi dodeka, tetapi rasul-utusan (jamak), αποστολοι, apostoloi.

Inilah satu-satunya kata apostolos, rasul, dalam Injil Markus. Kata itu berasal dari kata kerja αποστελλειν, apostellein, mengutus, seperti digunakan dalam Mrk. 6:7.

Maka kedua belas orang itu bertindak sebagai utusan atau duta Yesus. Mereka diberi kuasa untuk memberitakan pertobatan, mengusir setan dan menyembuhkan atas nama Yesus sendiri.

Tugas pengutusan itu dilakukan berdua-dua, karena Yesus mengacu pada ketentuan bahwa kesaksian dua atau tiga orang tidak disangsikan (Ul. 19:15).

Sekembali dari tugas perutusan mereka menyampaikan pada Yesus adalah apa yang mereka lakukan : mewartakan pertobatan, mengusir setan dan mengajar (Mrk. 6:7-13).

Pelaporan ini dilakukan di tempat yang sunyi, ερημον, eremon, dari eremos. Santo Markus mencatatat bahwa Yesus dan para rasul sering pergi bersama para murid ke tempat yang sunyi untuk mendidik mereka secara khusus (bdk. Mrk. 4:34; 9:2.28; 13:3).

Terlukis pula Yesus dan para murid-Nya mengabaikan kebutuhan pribadi ketika melayani, “begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat” (Mrk. 6:31).

Untuk itulah Yesus meminta mereka menyediakan perahu agar bisa pergi ke tempat lain untuk beristirahat.

Mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala

Ketika tahu bahwa Yesus dan para rasul pergi ke seberang danau, orang banyak dari semua kota mengikuti mereka melalui jalan darat, berjalan kaki.

Semua kota, πολεων, poleon, dari kata polis, melambangkan seluruh bangsa, baik bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain.

Mereka berasal dari Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, seberang Sungai Yordan, daeah Tirus dan Sidon (Mrk. 3:7-8).

Mudah bagi mereka untuk mengikuti, karena rombongan Yesus hanya berperahu menyisir tepi danau. Santo Markus kemudian melukiskan (Mrk. 6:34), “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala”, Et exiens vidit multam turbam et misertus est super eos, quia erant sicut oves non habentes pastorem, et coepit docere illos multa

Yesus dan para rasul melupakan istirahat mereka. Ia menggembalakan mereka, supaya “umat Tuhan jangan seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.” (Bil. 27:17).

Dalam penggembalaan-Nya para domba disegarkan jiwanya, dituntun dalam jalan yang benar, dijauhkan dari kekelaman dan bahaya, disertai dan dihibur, diberi makan dan diurapi (bdk. Mzm. 23:3-5).

Yesus ditampilkan sebagai Musa baru, yang menggembalakan kawanan domba di akhir jaman (Yeh. 34:23) untuk menunjukkan bahwa Allah menyertai manusia, Imanuel (Mat. 1:23).

Maka, Ia adalah Gembala Sejati (Yes. 40:11), yang menggembalakan kawanan domba yang ditelantarkan para pemimpin.

Sang Gembala tidak mengajar tentang dogma yang harus diikuti dan dipatuhi, seperti ajaran para ahli Taurat dan orang Farisi.

Ia menunjukkan arah ke mana para domba harus pergi. Ia memberi kekuatan, supaya para domba kuat dalam berjalan menuju padang rumput abadi, firdaus.

Lalu, Ia memberi harapan bahwa perjalanan itu akan tercapai, karena Ia menyertai mereka.

Katekese

Gembala yang baik memberi kita makan dengan sabda Allah. Santo Agustinus dari Hippo, 354-430: 

Padang rumput yang disiapkan Gembala yang baik ini bagimu, tempat yang ditetapkan-Nya bagimu untuk merumput, tidak terdiri dari pelbagai jenis rerumputan atau tumbuhan hijau, yang mungkin beberapa akan terasa manis, sementara yang lain terasa sangat pahit. Kadang bumbu mampu mengatasi kepahitan, tetapi, di lain waktu, tidak. 

Padang rumput-Mu adalah sabda Allah dan perintah-Nya, dan mereka selalu menghasilkan rerumputan yang manis.

Padang rumput ini telah dicecap oleh manusia yang berkata kepada Allah, “Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku” (Mzm. 119:103” (dikutip dari Sermon 366.3)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau telah menjaga dan melindungiku dari yang jahat. Bantulah aku untuk selalu menjadi kuat menghadapi pencobaan dan terus percaya kepadaMu.

Semoga aku selalu beristirahat dan berlindung pada-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk menggembalakan kawanan yang dipercayakanNya padaku ke arah yang benar? et misertus est super eos, quia erant sicut oves non habentes pastorem, et coepit docere illos multaMarcum 6:34

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here