Cinta Pantang Menyerah

0
583 views
Ilustrasi by Parent Pessimist

Kamis, 10 Februari 2022

  • 1Raj. 11:4-13.
  • Mzm: 106:3-4.35-36.37.40.
  • Mrk. 7:24-30

KASIH sayang seorang ibu terhadap anaknya sungguh tiada batasnya.

Ibu bukanlah perempuan yang hanya melahirkan kita ke dunia, tetapi juga merupakan perempuan yang rela berjuang serta berkorban untuk kita.

Dia tanpa kenal lelah merawat dan membesarkan kita, bahkan ketika menghadapi persoalan hidup dan mati, seorang ibu akan selalu mengutamakan hidup anaknya.

“Kebahagiaan anakku adalah segalanya bagiku. Di setiap doaku selalu terselip doa untuk anakku,” kata seorang ibu.

“Saya lakukan segalanya demi memberikan yang terbaik untuk anakku, apalagi anakku punya kebutuhan khusus,” lanjutnya.

“Saya berjuang mati-matian siang dan malam mencari sesuap nasi agar anakku tumbuh dengan sehat dan dapat hidup layak seperti orang lain,” ujarnya.

“Demi kebaikan anakku, apa pun saya lakukan,” lanjutnya.

“Rasanya sangat sedih, jika melihat anakku disingkiri oleh teman-temannya waktu belajar maupun waktu bermain,” ujarnya.

“Namun saya berusaha tegar, menguatkan dirinya, dan selalu memberi dukungan padanya,” katanya.

“Saya rela duniaku jungkir balik, siang dan malam jadi tak ada beda. Bagiku hal itu tak mengapa, asal anakku tetap baik-baik saja. Segala cara saya coba dan lakukan asal anakku bisa tumbuh baik,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.

Lalu Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”

Cinta pantang menyerah.

Ibu dalam bacaan Injil tadi berani berkurban, rela dihina dan dianggap rendah bahkan diibaratkan seperti anjing.

Itu semua dia terima dengan kerendahan hati karena cintanya kepada orang yang diperjuangkannya, yakni anaknya yang sedang sakit.

Keselamatan jiwa anak perempuannya lebih penting daripada hambatan tradisi, daripada nama baik bahkan harga dirinya.

Perempuan itu percaya sekecil apa pun campur tangan Yesus, pasti akan membuat anak perempuannya bebas dari kuasa setan.

Yesus sangat menghargai iman yang bertahan dari perempuan itu. Iman perempuan itu menyelamatkan anak perempuannya dari kuasa setan.

Yesus menyelamatkan anak perempuan Siro-Fenisia tersebut melampaui batas wilayah, suku, dan agama.

Bagaimana dengan diriku?

Apa yang telah aku perjuangkan dihadapan Tuhan bagi orang yang aku cintai?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here