DALAM sebuah surat berbahasa Jerman yang dirilis di Vatikan hari Selasa tanggal 8 Februari 2022 kemarin, Paus Emeritus Benedictus XVI menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas terjadinya sejumlah kasus perundungan seksual yang melibatkan sejumlah pastor dengan para korbannya adalah anak-anak.
Kasus itu sendiri sudah terjadi di masa silam. Sepanjang kurun waktu tahun 1945-2019. Juga di sebuah era di mana Uskup Agung Kardinal Joseph Ratzinger -nama asli Paus Benedictus XVI- saat itu masih menjabat Uskup Keuskupan Agung Munich (Muenchen) dan Freising di Jerman.
“Sekali lagi kepada para korban perundungan seksual itu, saya hanya bisa mengungkapkan rasa malu yang teramat mendalam, kepedihan hati, dan mohon ampun (kepada Anda sekalian),” tulis Paus Emeritus Benedictus XVI menyapa segenap umat Katolik.
“Nanti ada saatnya ketika saya pun akan mengalami pengadilan atas hidup saya sendiri… di mana Dia sendiri sudah sangat menderita lantaran semua kekurangan diri saya (sebagai manusia),” tulis Benedictus XVI dalam surat pribadinya kepada segenap umat Katolik.
Klarifikasi
Naskah surat itu disertai semacam analisis yang dibuat oleh para asisten Paus Emeritus Benedictus XVI untuk mengklarifikasi beberapa kesalahpahaman.
Kesalahpahaman ini muncul lantaran sebelumnya telah terbit sebuah memo yang dulu sempat ditulis para pembantu yang mengatasnamakan Paus Emeritus Benedictus XVI kepada Komisi Penyelidikan.
Memo itu keluar saat kasus perundungan seksual di wilayah pastoral Keuskupan Munich-Freising ini telah meletup ke permukaan dan akhirnya menjadi “isu nasional” sehingga pihak Gereja Katolik Jerman melakukan prakarsa penyelidikan dan penyidikan.
Dalam memo itu disebutkan bahwa Paus Benedictus tidak hadir dalam sesi “investigasi”, padahal sejatinya beliau hadir di forum tersebut.
Paus Benedictus menyesalkan memo yang telah “salah tulis” tersebut sehingga memberi kesan bahwa beliau tidak tahu masalah dan kesan bahwa beliau “tidak mau tahu” akan persoalan itu sehingga publik lantas berang dan kemudian menjulukinya “pembohong”.
Dalam surat itu, Paus Emeritus Benedictus XVI juga mengukapkan terimakasih atas dukungan Tahta Suci c.q. Paus Fransiskus yang secara personal memotivasi beliau untuk segera “menyelesaikan” persoalan ini.
“Saya punya tanggungjawab besar dalam Gereja Katolik. Rasa sedih yang mendalam saya rasakan atas telah munculnya kasus-kasus di mana pun telah terjadi ketika saya masih menjabat (sebagai Uskup Agung di Munich-Freising dan sebagai Uskup Kota Roma atau Paus- Red.),” tulis surat itu.
“Setiap kasus perundungan seksual itu itu sungguh mengerikan dan dampaknya tidak bisa diperbaiki. Kepada semua korban perundungan itu, saya ingin menunjukkan ungkapan simpati dan kepedihan hati saya atas setiap peristiwa yang telah terjadi,” tulis Paus Emeritus Benedictus XVI.
PS: Diolah dari AsiaNews.it.