Tidak Mungkin

0
228 views
Ilustrasi: Kecanduan main game online. (Ist)

Renungan Harian
Jumat, 11 Februari 2022
Bacaan I: 1Raj. 11: 29-32; 12: 19
Injil: Mrk. 7: 31-37
 
BEBERAPA
waktu yang lalu, saya diminta untuk bicara dengan orangtua murid. Guru sekolah beberapa kali memanggil salah satu orangtua murid kelas III berkaitan dengan situasi anaknya di sekolah. Anak ini setiap kali datang ke sekolah selalu tertidur dan memang begitu masuk kelas anak ini sudah kelihatan ngantuk berat.

Sudah amat sering guru minta anak ini untuk cuci muka, tetapi hal itu tidak membantu mengurangi rasa kantuk anak ini. Guru-guru menduga anak ini ada gangguan kesehatan, sehingga beberapa kali menghubungi orangtuanya minta agar anaknya dibawa ke dokter.

Setiap kali dihubungi orangtua murid ini selalu mengatakan bahwa anaknya sehat dan tidak ada masalah. Orangtuanya pun tidak percaya bahwa anaknya sering tertidur di kelas, karena sepulang sekolah anak ini tidak pernah ngantuk dan tidur tetapi bisa main.
 
Karena penasaran maka anak ini oleh sekolah dikonsulkan ke dokter, dan hasilnya anak ini sehat, dokter menduga anak ini kurang tidur sehingga kalau di sekolah mengantuk.

Beberapa kali anak ini diajak berbicara oleh guru bimbingan konseling selalu mengatakan bahwa dia tidur tidak pernah larut malam dan bangun juga tidak terlalu pagi. Sehingga dugaan kurang tidur terpatahkan.

Namun akhirnya lewat guru pembimbing dan konseling anak ini mengaku setiap malam main game online hingga dini hari.

Berkat temuan ini guru menghubungi orang, namun orangtuanya tidak percaya dan menganggap guru mengada-ada; karena di rumah anaknya mengatakan tidak pernah main game online.

Maka guru meminta bantuan saya untuk berbicara dengan orangtuanya. Ternyata orangtuanya juga tidak percaya dan mengatakan bahwa mereka selalu mengawasi anaknya dan tahu persis apa yang dilakukan anaknya.
 
Sampai suatu ketika orangtua anak ini datang ke sekolah meminta bantuan guru sekolah, untuk memberi tahu anaknya agar berhenti main game online. Orangtua ini tahu kalau anaknya bermain game online, karena mereka kehilangan uang dalam jumlah yang cukup besar.

Selama ini mereka tidak merasa kehilangan karena uang disimpan dalam brankas di kamar sehingga tidak mungkin pegawai di rumah yang mengambil. Ketika oran tua ini memasang cctv kemudian ketahuan yang mengambil uang adalah anaknya.

Dan ketika ditanya anak ini mengaku bahwa selama ini dia mengambil uang untuk main game online. Anak ini tahu kode brankas karena selalu memperhatikan bapaknya ketika membuka brankas.
 
Dalam pembicaraan itu orangtuanya meminta maaf pada para guru karena sikapnya. Orangtuanya bersyukur bahwa anaknya ketahuan sebelum terlambat. Orangtua berjanji untuk bekerjasama dengan guru dalam pendampingan anak ini.
 
Orangtua anak ini menjadi terbuka betapa selama ini perhatian ke anaknya kurang dan agak lalai sehingga ada celah yang dimanfaatkan anak ini untuk bermain game yang pada dasarnya anak ini belum mengerti betul soal game online.

Orangtuanya dibutakan oleh kesibukan dan pengandaian bahwa semua baik-baik saja sehingga menutup telinganya dari saran para guru di sekolah anaknya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus, Yesus membuka telinga orang tuli sehingga bisa mendengar. “Effata.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here