Berebut

0
247 views
Pastor jadi sorotan perhatian, karena banyak imam misa di tempat orang kaya. (Ist)

Renungan Harian
Kamis, 17 Februari 2022
Bacaan I: Yak. 2: 1-9
Injil: Mrk. 8: 27-33

BEBERAPA tahun yang lalu, saya diminta oleh sebuah keluarga untuk merayakan ekaristi requiem. Ketika saya sampai di rumah duka untuk merayakan ekaristi, ternyata sudah ada beberapa romo yang juga siap-siap untuk merayakan ekaristi.

Karena ada beberapa romo di situ maka saya bertanya siapa yang akan merayakan ekaristi. Salah satu romo menjawab supaya kami bersama-sama merayakan ekaristi.
 
Saat itu saya keberatan, kalau kami merayakan ekaristi konselebrasi, saya berharap salah satu saja yang memimpin perayaan ekaristi dan yang lain ikut misa saja menjadi umat. Sempat terjadi pembicaraan yang intinya saya keberatan dengan misa konselebrasi dan romo lain ingin supaya kami merayakan ekaristi konselebrasi.

Saya menjelaskan bahwa keberatan saya sesungguh berkaitan dengan rasa tidak enak saja. Saya merasa tidak enak bila sekarang misa rame-rame, sementara ada umat yang sulit untuk mendapatkan pelayanan misa.

Akhirnya semua setuju, saya memimpin perayaan ekaristi dan romo yang lain menjadi umat.
 
Saat saya sedang mengambil buku ke belakang, saya mendengar salah seorang umat yang hadir di situ ngomong dengan umat di sebelahnya: “Wah yen sing meninggal wong sugih, romo sing arep misa wae rebutan.” (Wah kalau yang meninggal orang kaya, imam yang akan memimpin misa berebut).

Saya amat malu dan sedih mendengar pembicaraan itu.

Saya amat sadar bahwa ucapan itu bukan hanya pembicaraan satu orang umat yang hadir, mungkin menjadi pembicaraan semua orang yang hadir atau bahkan itu mewakili sekian banyak umat yang merasakan hal seperti itu.
 
Harus diakui bahwa dalam pelayanan lebih mudah melayani, menyapa dan memperhatikan mereka yang kaya dan yang terkenal.

Betapa sulit melayani dan menyapa yang miskin dan terpinggirkan. Kiranya ucapan bapak yang ikut misa itu harus menjadi sinyal peringatan yang harus selalu berbunyi bagi saya dalam pelayanan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Surat St. Yakobus:

“Jika kalian memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here