Mendengarkan

0
231 views
Ilustrasi: Pastor digosipkan telah menghina Bunda Maria. (Ist)

Renungan Harian
5 Maret 2022
Bacaan I: Yes. 58: 9b-14
Injil: Luk. 5: 27-32

BEBERAPA tahun yang lalu di suatu pagi, saya mendapatkan telepon dari seorang pastor senior, yang beberapa tahun sebelumnya pernah berkarya di paroki di mana saya menjalani pengutusan. Beliau mengatakan bahwa di sebuah grup email paroki -pada masa itu belum umum dengan grup WA- sedang membicarakan dan mengkritik saya, karena saya dianggap menghina Bunda Maria.

Beliau mengatakan bahwa apa yang saya lakukan bisa berakibat saya mendapatkan suspensi. Saya terkejut mendengar hal itu, karena saya tidak pernah merasa membuat pernyataan yang menghina Bunda Maria.

Dan saya yakin bahwa saya tidak akan melakukan hal itu. Kemudian, beliau menjelaskan bahwa pernyataan saya itu didengar pada waktu saya merayakan ekaristi.
 
Mendengar penjelasan beliau, saya baru mengerti apa yang dibicarakan di grup email itu. Apa yang disampaikan dalam grup email itu memotong dari pernyataan saya.

Pada saat itu, paroki sedang membangun pastoran dan pada saat membangun kami belum mempunyai uang tetapi mengajak umat untuk bersama-sama membiayai pembangunan itu.

Dalam salah satu pernyataan soal pembangunan, saya mengajak umat untuk berdoa satu kali Salam Maria dengan intensi khusus untuk pembangunan.

Saya mengatakan bahwa Bunda Maria pasti akan mengantarkan doa-doa kita. Satu orang berdoa saja mendapatkan rahmat; apalagi ini seluruh umat yang jumlahnya ratusan berdoa pasti kita mendapatkan pertolongan.

Terlalu kalau bunda Maria tidak mendengarkan kita. Beliau adalah bunda pengantara rahmat semua orang beriman.

Maka saya mengajak umat untuk yakin dan bertekun berdoa satu kali Salam Maria setiap hari. Ternyata yang ditampilkan hanyalah potongan bahwa “Bunda Maria itu terlalu”.
 
Pada saat ekaristi hari Minggu, saya mohon maaf kepada umat dan menjelaskan apa yang saya katakan tidak ada maksud sedikit pun menghina Bunda Maria. Tetapi justru mengajak umat untuk sungguh-sungguh mengimani akan pengantaraan Bunda Maria bagi kita.
 
Setelah misa banyak umat heran dengan permintaan maaf saya, karena menurut mereka pada saat mereka mendengarkan pernyataan saya, tidak ada yang merasa bahwa saya menghina Bunda Maria.

Mereka semua mengerti maksud saya. Salah satu bapak tokoh paroki, yang ikut dalam grup email itu mengatakan:

“Romo, tidak usah ditanggapi, karena yang ngomong di grup itu tidak mengerti dan memang usil.”
 
Bertolak dari pengalaman tersebut, pada saya melihat bahwa ada sekian orang yang mudah untuk mewartakan keburukan orang atau bahkan memfitnah sampai membunuh karakter seseorang; hanya karena tidak mendengarkan dengan baik.

Karena tidak mendengarkan dengan baik atau karena tidak mau mendengarkan akibatnya salah mengerti atau tidak mengerti tetapi apa yang tidak dimengerti itu diwartakan atau digunakan untuk menyerang orang lain.

Salah satu bentuk pertobatan yang sarankan Paus Fransiskus adalah puasa bicara banyak; memenuhi diri dengan keheningan dan siap sedia mendengarkan orang lain.

Andai itu terjadi pada kita semua, maka warta damai menjadi bergema hebat.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Yesaya:

“Apabila engkau tidak mengenakan kuk kepada sesamamu, dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah… maka terangmu akan terbit dalam gelap, dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here