Serakah

0
308 views
Ilustrasi - Mengambil makanan dari dalam toples. (Ist)

Renungan Harian
Jumat, 18 Maret 2022
Bacaan I: Kej. 37: 3-4. 12-13a. 17b-28
Injil: Mat. 21: 33-43. 45-36
 
DULU
, waktu kami masih kecil, saya pernah berebut makan dengan adik. Halnya sebenarnya amat sepele, karena bagian saya kelihatan lebih besar sedang bagian adik lebih kecil.

Akan tetapi adik yang mengambil lebih dahulu, dia mengambil bagian yang seharusnya milik saya sehingga saya marah, karena tidak terima bagian saya diambil.

Padahal sesungguhnya sama saja.

Bapak menegur saya, karena sebagai anak yang besar, seharus mau mengalah dan tidak menjadi serakah.

Dalam menasehati kami, bapak bercerita tentang seekor monyet yang diberi kacang dalam toples. Karena monyet akan mengambil kacang sebanyak mungkin akibatnya genggaman tangannya terlalu besar sehingga tangannya tidak bisa keluar dari toples. Monyet itu berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan tangannya dari toples, tetapi tidak berhasil.

Bapak mengatakan seandainya monyet itu mengambil kacang sedikit-sedikit, maka dia akan mendapatkan kacang yang banyak. Tetapi karena serakah ingin mendapatkan kacang yang banyak, malahan tidak mendapatkan apa-apa. B

apak mengingatkan kami agar menjadi orang yang tidak serakah.
 
Melihat situasi sekarang ini dengan begitu banyak orang yang serakah, saya menjadi ingat cerita bapak di atas. Namun orang serakah zaman sekarang jauh lebih unggul dari pada monyet dalam cerita bapak.

Orang melihat kacang dalam toples, maka tidak akan mengambil kacang dengan cara mengambil dari dalam toples. Tetapi toplesnya dipecahkan; bahkan bukannya toples dipecahkan, tetapi diambil dengan toples-toplesnya.
 
Jangankan orang ditawari kacang dalam toples, orang serakah zaman sekarang akan mencuri kacang dalam toples dan semua kacang dalam rumah itu. Dan konyolnya mereka dengan bangga memamerkan kacang hasil curiannya dan toplesnya.

Dengan bangga memamerkan kacang-kacang yang dimiliki seolah hasil kerja keras dan kesuksesannya. Padahal semua itu hasil curian atau minimal hasil menipu.
 
Akan tetapi yang lebih konyol lagi adalah orang yang memamerkan kacang-kacang hasil curian itu mengumbar kacangnya untuk beberapa orang untuk menunjukkan bahwa dirinya orang dermawan dan atau dianggap sebagai orang berkelimpahan luar biasa.

Apa yang lebih menyedihkan dari semua itu adalah banyak orang kagum dengan mereka yang memamerkan kacang-kacang hasil curian itu. Banyak orang yang menonton apa yang ditampilkan serasa mengagumi.
 
Orang mempertontonkan keserakahan dengan bangga tanpa memperdulikan penderitaan orang-orang yang telah menjadi korban keserakahan. Mereka menutupi segala bentuk kejahatannya dengan tindakan-tindakan kedermawanannya.

Apa yang mereka lakukan membuat banyak orang silau dan ingin menjadi seperti dia.

Betapa mengerikan, apabila itu sungguh terjadi banyak orang berlomba-lomba menjadi orang yang serakah.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injiil Lukas mengingatkan untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah diterima.

Kita dalam segala keterbatasan sesungguhnya ada dalam kelimpahan karena rahmat Tuhan selalu cukup untuk kita.
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here