Tulus Hati

0
385 views
Yesus dalam pelukan Santo Yusup. (Ist)

Puncta 19.03.22
HR. St. Yusup, Suami Maria
Matius 1: 16. 18-21.24a

“SAYA sangat bersyukur pastor, punya suami yang baik banget. Selisih umur kami jauh. Saya sudah hamil dengan teman sekolah. Saya bingung dan putus asa saat itu.

Tanpa diduga suami saya itu datang ke rumah. Ia mau mengambil saya jadi istrinya. Waktu itu saya ragu. “Benar ndak eh….karena saya takut dipermainkan lagi.”

Ibu itu membuka kisahnya.

Dia sudah tahu keadaan saya. Dia mau menerima saya dengan ikhlas.

“Puji Tuhan pastor, kami sudah berjalan 18 tahun.”

Dia mencintai anak saya seperti anaknya sendiri.

Dia tipe orang yang bekerja keras. Dia penuhi segala kebutuhan kami. Mau pergi kemana pun, dia ijinkan. Bagi dia, yang penting kami bahagia. Anak kami satu-satunya sekarang sudah kuliah. Papanya pengin dia sukses dan bahagia.

“Sungguh tak henti-hentinya saya bersyukur punya suami sedemikian baik, setia dan bertanggungjawab. Tetapi masih ada satu permintaan saya pada Bunda Maria, agar suami saya mau dibaptis.”

Katanya sambil menunjukkan rosarionya.

“Saya punya nasar, kalau dia dibaptis, kami akan ikut ziarah ke Lourdes. Saya ingin bersyukur pada Bunda Maria. Nanti pastor yang dampingi ya, nanti saya akan bersaksi.”

Katanya sembari menutup pembicaraan.

Ada banyak orang yang setia dan tulus hati dalam hidup sehari-hari. Ketulusan itu berarti melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan balasan apa pun.

Tulus hati juga berarti percaya penuh dan siap melakukan apa pun dengan berani menanggung segala risiko.

Setia dan tulus hati membutuhkan komitmen yang tinggi. Tidak mudah berubah oleh pandangan atau penilaian orang lain.

Hari ini kita merayakan St. Yusup, suami Maria. Ia adalah teladan kesetiaan dan ketulusan hati.

Saat bertunangan, Maria telah mengandung dari Roh Kudus. Ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Namun ketika sedang menimbang-nimbang hal itu, malaikat hadir dalam mimpinya.

Malaikat berkata, “Yusuf, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”

Kesetiaan Yusuf nampak ketika bangun tidur, ia segera berbuat seperti yang dikatakan malaikat itu. Tanpa menunda dan ragu-ragu, ia mengambil Maria menjadi istrinya.

Pribadi yang setia dan tulus hati berpikir bukan untuk dirinya sendiri, tetapi fokus tindakannya demi kebahagiaan orang lain.

Kendati penuh resiko dan tantangan, sulit dan penuh perjuangan, namun tetap dilakukan demi membahagiakan banyak orang.

Ia berhasil mengubah cinta eros menjadi cinta agape. Cinta yang tidak didasarkan pada nafsu erotic tetapi cinta demi kebahagiaan orang lain dengan berani berkorban.

Tanpa banyak kata, Yusuf segera melakukan perintah malaikat itu. Segala resikonya ditanggung dengan gembira dan tulus ikhlas.

Ia membawa Maria ke Betlehem, mencarikan penginapan, menjaga Maria dan Bayi Yesus di gua yang dingin. Ia juga harus menyelamatkan ibu dan bayinya dari ancaman Herodes ke Mesir.

Di balik kehidupan Yesus dan Maria, ada tokoh tersembunyi, namun berjasa karena kesetiaan dan ketulusan hatinya. Santo Yusuf, bapa yang baik, doakanlah kami.

Jalan-jalan di pagi hari,
Singgah di pasar membeli roti.
Santo Yusup yang tulus hati,
Lindungi dan jagailah kami.

Cawas, tebarlah kebaikan…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here