Orangtua Non Katolik Izinkan Anaknya Dibaptis

0
365 views
Ilustrasi: Baptis dewasa di Gereja St. Paulus Paroki Lembean, sekitar 25 km sebelah utara Manado, saat berlangsung perayaan Misa Vigili Paskah, Sabtu 16 April 2017. (Varis Tinangon)

BAPERAN. BAcaan PERmenungan hariAN.

Sabtu, 19 Maret 2022.

Tema: Pertumbuhan Iman.

Bacaan.

  • 2 Sam. 7: 4-5a, 12-14a, 16.
  • Rom. 4: 13-16, 18-22.
  • Lk. 2: 41-51a.

“ROMO, ada satu hal yang membuat kami bingung,” kata ketua komunitas.

“Tetangga kami beragama lain. Anaknya belajar di sekolah Katolik. Keluarga itu punya tiga anak. Semua di sekolah Katolik. Yang paling besar sudah kelas 8. Berkeinginan menjadi Katolik. Ia belajar agama Katolik.”

“Apakah orangtuanya tahu?”

“Sudah tahu Romo.”

“Apakah mengizinkan?”

“Ketika minta izin dan tanda tangan di formulir, mereka memberikan. Saya sendiri yang mendampingi.”

“Apa tanggapannya?”

“Mereka tidak melarang. Tapi lebih menyadarkan anaknya untuk menghidupinya dengan segala risiko.”

“Apakah ada sanksi dari pihak keluarga?”

“Tidak. Mereka memberi kebebasan kepada anaknya untuk berdoa kemana saja. Asal jangan ikut-ikutan teman atau tertarik sesaat. Harus diyakini sepanjang hidup. Harus mantap dan yakin.

Kan harus ada satu penjamin dari pihak keluarga, agar iman anak itu dapat tumbuh dan berkembang. Masalahnya di keluarganya sendiri kan tidak ada, Romo.

Kalau Romo ada waktu baik kalau dikunjungi.”

“Ya Saya akan ke sana pekan depan. Ditemani ya.”

“Baik Mo.”

“Apa kabar bapak dan ibu?”

“Baik dan sehat. Silakan masuk.”

“Bapak ibu, mohon maaf mengganggu. Tidak memberi info terlebih dulu. Saya mendampingi romo, ingin berkenalan dengan bapak ibu.”

“Oh bapak Romo. Selamat sore. Kita belum kenal. Tapi saya sering dengar dari anak-anak. Bapak Romo kadang berkunjung di sekolah dan menyapa anak-anak per kelas. Kadang memberi permen. Dan roti bagi yang belum sarapan. Anak-anak pernah dapat. Jadi malu kami.”

“Oh iya syukurlah. Saya kenal dengan anak-anak bapak dan ibu. Saya bangga. Dari temannya, para guru termasuk anak yang tidak berolah, santun. Terimakasih loh.”

“Sama-sama bapak Romo. Ada sesuatukah yang harus kami perhatikan?”

Oh iya, begini. Saya dengar putera bapak yang pertama katanya ingin menjadi Katolik dan dibaptis?”

“Bagaimana kisahnya?”

“Iya Bapak romo. Anak saya sering mengatakan itu. Saya pun sering mengatakan, berpikirlah ulang berkali-kali. Bapak Ibumu tidak akan menghambatmu tetapi juga tidak akan mengiyakan begitu saja. Kamu pikir-pikir dulu. Apakah sungguh yang engkau inginkan. Kalau itu maumu harus menghidupinya seberat apa pun.”

“Oh begitu ya, bapak ibu. Bijaksana. Apa yang menyebabkan bapak ibu punya bersikap moderat seperti ini?”

“Begini Romo. Kebetulan kami berasal dari Jawa Tengah. Saya sendiri dulu SMP dan SMA nya di sekolah Katolik. Juga universitas. Jadi saya mengenal kekatolikan. Saya pun bekerja di sebuah perusahaan yang dimiliki orang Katolik. Saya dipercaya mengurus banyak hal.

Isteri saya dulu Katolik. Karena perkawinan, akhirnya ia memilih seiman dengan saya. Saya tidak pernah meminta dan tidak pernah memaksa.

Memang pernah menjadi perdebatan serius, ketika kami pacaran. Isteri tidak mau pindah. Takut di madu.

Saat itu saya berjanji tidak akan.

Sebelum menikah saya pun berjanji di depan mertua bahwa semua hasil pekerjaan di atas nama isteri. Saya percaya, dia pun tidak akan macam-macam.

Itulah dasar keluarga kami Bapak Romo. Dan tidak tahu sebabnya apa, suatu saat isteri ingin belajar agama saya dan jadilah.

Tapi kami tidak fanatik bapak Romo. Di dalam keluarga besar kami ada macam-macam agama. Jadi Sudah biasa berjumpa dengan perbedaan.”

“Lalu bagaimana dengan rencana puteramu?”

Dia memanggil anaknya. “Le, duduk sini. Ini ada Bapak Romo. Bapak ibu mau mendengar sendiri maumu apa.”

“Soal apa Pak?”

“Ya, keinginanmu menjadi Katolik. Kita dah membahas to. Jangan takut. Jujurlah ke bapak ibumu dan Bapak Romo.”

“Iya, saya makin mau jadi Katolik.”

Perjumpaan iman membuka celah rahmat persaudaraan.

“Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dalam iman Abraham.” Rm. 4:16.

Tuhan, pada pesta Santo Yusuf, biarlah kami berani belajar menerima jalan-Mu, kendati belum memahami, tak terduga. Amin.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here