Hak Saya

0
207 views
Ilustrasi - Vaksinasi (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 20 Maret 2022
Hari Minggu Pra Paskah III
Bacaan I: Kel. 3: 1-8a. 13-15
Bacaan II: 1Kor. 10: 1-6. 10-12
Injil: Luk. 13: 1-9
 
SUATU pagi, saya menerima tamu orangtua murid yang memprotes kebijakan sekolah. Ibu itu marah-marah dengan mengatakan bahwa anaknya telah mendapatkan perlakuan tidak adil dan orangtuanya merasa dihina. Ibu itu mengatakan bahwa anaknya tidak diperbolehkan untuk mengikuti pertemuan tatap muka, dan diminta untuk ikut secara daring.

Ibu itu tidak terima, karena anaknya ingin ikut pertemuan tatap muka agar bisa bertemu dengan teman-teman.
 
Saya tidak tahu duduk persoalan yang sebenarnya, maka saya meminta nomor kontak sekolah untuk bertanya.

Saya mendapatkan penjelasan dari pihak sekolah, bahwa anak itu tidak boleh ikut pertemuan tatap muka karena belum divaksin.

Saat saya menjelaskan ke ibu itu tentang penjelasan sekolah, ibu itu lebih emosi karena merasa tidak mendapatkan fasilitas vaksin dari sekolah.

Menurut ibu itu, kalau sekolah membuat peraturan harus vaksin seharusnya difasilitasi untuk vaksin.
 
Kenyataannya sekolah sudah mengadakan vaksinasi beberapa bulan yang lalu dan ibu itu tidak mengizinkan anaknya menerima vaksin. Ibu itu beralasan bahwa dirinya yang tahu tentang anaknya apakah perlu divaksin atau tidak.

Ketika saya menjelaskan hal itu ibu itu tambah emosi dengan mengatakan bahwa seharusnya sejak awal diberi tahu bahwa vaksin itu menjadi syarat untuk sekolah.

Dan ibu itu mengatakan bahwa dirinya punya hak sepenuhnya atas anaknya, jadi tidak boleh sekolah ikut campur atau memaksa.
 
“Ibu, sekolah sudah memberikan fasilitas vaksin dan memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk mendapatkan vaksin. Semua ini dijalankan sesuai aturan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus covid dan agar anak-anak terlindungi.

Hal penting yang harus disadari adalah vaksin ini untuk melindungi anak ibu dan anak-anak yang lain. Ibu sudah mendapatkan kesempatan itu dan ibu sudah menggunakan hak ibu untuk tidak mengambil kesempatan itu. Lalu kenapa ibu sekarang marah-marah?” jawab saya.
 
Perjumpaan dengan orangtua murid itu membuat saya merenung tentang kesempatan dan hak. Kesempatan selalu tersedia bagiku, dan aku mempunyai hak untuk menggunakan kesempatan itu atau tidak.

Ada banyak kesempatan yang apabila aku menggunakan akan membuat kualitas hidupku menjadi lebih baik namun karena aku merasa berhak atas diriku maka banyak kesempatan yang hilang begitu saja. Betapa sering karena kemalasan yang aku bungkus dengan judul hak pribadi membuat banyak kesempatan hilang begitu saja.

Hal penting lain adalah “kebodohanku” membuat aku tidak bisa melihat kesempatan apalagi menggunakannya.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, mewartakan Allah yang memberi kesempatan padaku untuk hidup; apakah aku mau menggunakannya?

“Tuan, biarkanlah dia tumbuh setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekililingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here