The Forgiven

0
371 views
Uskup Desmond Tutu. (Ist)

Puncta 22.03.22
Selasa Prapaskah III
Matius 18: 21-35

FILM drama ini bercerita tentang kisah nyata yang terjadi di Afrika Selatan pasca runtuhnya sistem Apartheid, politik pembedaan warna kulit.

Orang kulit putih menjajah kaum kulit hitam.

Nelson Mandela adalah pejuang yang anti Apartheid. Setelah pemerintahan warga kulit putih bubar, Mandela memerintahkan Uskup Agung Desmond Tutu memimpin Komisi Kebenaran dan Keadilan untuk membangun rekonsiliasi bagi bangsa yang hancur karena dendam dan amarah.

Desmond Tutu menghadapi penjahat kulit putih yang telah membunuh banyak orang kulit hitam.

Kaum kulit putih belum bisa menerima kekalahan. Mereka masih menyimpan dendam dan kebencian. Begitu pun banyak kaum kulit hitam yang memendam amarah dan kebencian karena mereka dijajah dengan sistem perbedaan ras, warna kulit.

Kepada Piet Blomfeld si narapidana di penjara Pollsmoor, Uskup itu berkata, “Tidak ada yang tak bisa diampuni.”

Dengan sinis Piet Blomfeld menjawab, “Sekali budak, tetap akan jadi budak. Apa kalian mau berkolusi dengan majikanmu yang kulit putih?”

“Di negera kita yang baru ini, kita (kulit hitam dan kulit putih) akan belajar hidup bersama atau akan mati bersama. Kekejaman adalah penyimpangan, bukan cinta. Yang harus dikuburkan adalah kemarahan dan kebencian.”

Demikian kata Desmond Tutu.

Adegan yang mengharukan terjadi saat di pengadilan, seorang ibu kulit hitam memaafkan polisi kulit putih, Hansi Coetzee yang membunuh anaknya. “Anakku ingin kita hidup mulai dari awal tanpa kebencian dan dendam.”

Dalam Injil hari ini, Yesus mengajarkan pengampunan tanpa batas.

Ketika Petrus bertanya, “Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa kepadaku? Sampai tujuh kalikah?”

Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Itu berarti pengampunan yang tiada batasnya. Mengampuni harus total, sampai ke akar-akarnya. Tidak menyimpan dendam dan kebencian.

Afrika Selatan menjadi contoh bagaimana rekonsiliasi dibangun antara kulit putih dan kulit hitam.

Dengan pengampunan dan rekonsiliasi mereka membangun sebuah bangsa yang beraneka ragam adat budaya dan warna kulit.

Seperti pelangi yang indah karena banyak warna, begitulah kehidupan menjadi indah karena banyaknya warna yang ada di dalamnya.

Nelson Mandela dan Desmond Tutu adalah pemenang hadiah Nobel Perdamaian. Mereka menyatukan Afrika Selatan dengan pengampunan dan rekonsialisasi.

Sebuah bangsa yang besar bisa hidup bersama jika ada pengampunan dan mau membangun rekonsiliasi.

Kita juga bisa secara pribadi dan bersama hidup dengan pengampunan. Kita mulai dari keluarga dan komunitas kita masing-masing.

Hati gembira dari wajah para petani,
Membawa hasil dari panen padi.
Tak ada hal yang tidak bisa diampuni,
Dibutuhkan satu langkah kerendahan hati.

Cawas, berani mengampuni….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here