Taat, Meski Susah

0
761 views
Ilustrasi - Beberapa penampakan Bunda Maria dalam lukisan kaca patri. (Ist)

Jumat, 25 Maret 2022

  • Yes. 7:10-14;18:10.
  • Mzm: 40:7-8a.8b-9.10.11.
  • Ibr. 10:4-10.
  • Luk. 1:26-38

TAAT melakukan kehendak Allah tidak selalu mudah. Kadang-kadang Allah
meminta kita melakukan sesuatu di luar rasio kita.

Kadang ketaatan dibenturkan dengan kesulitan, kesukaran yang memaksa kita keluar dari zona nyaman.

Tuhan tidak pernah salah dengan kehendak-Nya, untuk itu meski sulit, penuh risiko, bahkan kehilangan nama baik, kehilangan pekerjaan, kehilangan kemapanan, kita harus tetap taat dan melaksanakan lehendak Tuhan.

“Saya benar-benar berat menjalani rumahtangga dengan suami saya saat ini,” kata seorang ibu.

“Dia sangat pasif, mudah menyerah dan kurang bertanggungjawab terhadap keadaan ekonomi kami,” lanjutnya.

“Dia pandai bersilat lidah, kalau sudah bicara segalanya kelihatan mudah dan baik. Namun tidak ada hasil nyatanya alias nol besar,” lanjutnya.

“Saya lebih baik tinggal bersama anak-anak tanpa dia,” katanya.

“Kalau saja tidak takut dosa, dan dulu tidak menikah di Gereja, pasti saya bawa anak-anak pergi dari dia,” lanjutnya.

“Jangan pernah berkata seperti itu pemali,” sahut temannya.

“Dia itu orang yang kamu pilih sendiri. Dan jika keadaannya tidak seperti yang kelihatannya dulu, bukannya dilepas atau pisah tetapi harus berusaha memperbaikinya bersama-sama,” sambung temannya.

“Saya sudah berusaha. Tetapi mungkin sudah menjadi wataknya hingga setiap kali saya mengingatkan dia untuk bekerja, ujung-ujungnya ribut,” jawab ibu itu.

“Memang dia mendapat dana dari orangtuanya untuk kehidupan sehari-hari, tetapi dia hanya malas-malasan, dan terkesan menggantungkan seluruh hidupnya dan hidup serta masa depan kami sekeluarga pada belas kasih orang tuanya. Sebagai isterinya, saya malu,” lanjutnya lagi.

“Kalau kumpul dengan keluarga besarnya rasanya sangat minder dengan mereka,” ujarnya.

“Saya hanya ingin dia bekerja, biar anak-anak juga merasa bangga dengan bapaknya, menjadi contoh yang baik dan benar bagi anak,” ujar ibu itu lagi.

“Untung saja, saya punya usaha kecil-kecilan hingga tidak membuat saya berkecil hati,” katanya lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”

Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”

Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”

Ketika Maria mendengar pernyataan Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak, pertanyaan pertama yang dikemukakannya adalah bagaimana hal itu bisa terjadi, bagaimana mungkin, dan bagaimana menanggung konsekuensinya?

Ia sangat sadar bahwa jika menerima, ia akan menghadapi tekanan dari segala arah, dan harus banyak berkurban.

Pada akhirnya, karena ia tahu akan identitas dirinya maka ia berkata: “Saya ini hamba Tuhan; biarlah terjadi pada saya seperti yang engkau katakan.”

Maria tidak menyerah tetapi proaktif menyambut kehendak Allah dalam hidupnya. Dia tahu itu tidak mudah, namun mau berusaha membuka kemungkinan baru, hidup menurut kehendak Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani tetap setia meski harus menanggung banyak kekecewaan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here