Minggu Prapaskah V, 3 April 2022
Bacaan Injil : Yoh 8:1-11
Saudari/a ku ytk.,
ADA ungkapan: “Yen kowe bener, aku melu seneng. Yen kowe salah, kowe tak apura” (Jika kamu benar, saya ikut senang. Jika kamu salah, saya maafkan). Kata-kata itu sangat menyejukkan suasana dan menentramkan hati.
Itulah ungkapan yang pernah dikatakan Mgr. Ignatius Suharyo saat menjadi Uskup Agung Semarang, baik kepada para imam, frater maupun umat pada waktu itu.
Ungkapan seperti itu bisa mempengaruhi suasana batin hidup seseorang. Sikap yang empati dan gemati dapat memberikan kekuatan atau energi yang luar biasa bagi seseorang yang sudah berbuat salah. Ia merasa tidak dipojokkan, tidak dihakimi dan tidak dipermalukan.
Kisah wanita yang kedapatan berzinah dan dibawa pada Yesus ke Bait Allah, menunjukkan luar biasanya daya pengampunan dari Tuhan. Kalau seseorang kedapatan berbuat zinah, Hukum Musa mengatur bahwa ia akan dibawa ke tembok Yerusalem dan dirajam (= dilempari batu) sampai mati. Sebelumnya ia harus menanggung malu yang luar biasa dengan diarak dan dihakimi di depan orang banyak.
Selain menunjukkan kasih kepada wanita itu, Yesus juga mengajak orang banyak untuk instropeksi diri. “Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”, sabda Yesus.
Lalu pergilah mereka satu persatu, mulai dari yang tertua. Kenapa yang tertua dulu? Kata orang, makin tua makin banyak dosanya hehe…. juga yang tua perlu memberi teladan bagi yang muda.
Yang menarik, setelah mengajak orang introspeksi diri, Yesus menunjukkan sikap empati dan kasih kepada wanita itu: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Jika Yesus menunjukkan hormat dan kasih yang besar terhadap orang berdosa dan menolak untuk menghukum wanita itu, apakah karena Yesus menganggap perbuatan perempuan itu bukan dosa yang berat ? Tidak begitu.
Yesus mengampuninya, karena Allah menggunakan cara-cara yang berbeda dengan cara manusia untuk mempertobatkan orang-orang berdosa. Allah menunjukkan belaskasih.
Dapat dibayangkan betapa bahagianya wanita itu karena dia diselamatkan dari hukuman rajam, bahkan dosanya diampuni karena belas kasih Yesus. Tentunya wanita itu merasa lega luar biasa.
Yesus memberikan apa yang sangat dibutuhkan wanita itu, yaitu empati, peduli, dan cinta kasih sejati, dengan pengampunan atas dosa-dosanya. Yesus menyembuhkan wanita itu dari kebencian terhadap dirinya, dan menyembuhkan rasa malunya di depan sesamanya.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana dengan hidup Anda selama ini? Maukah instrospeksi diri? Sudahkah Anda menerima Sakramen Tobat menjelang Pekan Suci ini? Bersediakah Anda memberikan teladan untuk bertobat?
Mari kita terus berjuang untuk bangkit, berbenah diri, dan membangun sikap pertobatan yang sejati. Di mana ada kemauan dan niat baik, rahmat Tuhan pasti akan menyertai kita.
Orang sakit butuh obat. Orang berdosa butuh bertobat. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)