Lakukan Saja yang Bisa Dikerjakan

0
540 views
Ilustrasi - Kerja bakti bareng. (Ist)

Kamis, 28 April 2022

  • Kis. 5:27-33.
  • Mzm. 34:2.9.17-18.19-20.
  • Yoh. 3:31-36.

BUMI memiliki bahasa dan sikap keseharian yang diungkapkan setiap manusia yang tinggal di dalamnya.

Dalam segala keindahan dan keterbatasan bumi, manusia hidup dan berjuang hingga bisa menemukan bahasa baru, bahasa yang bisa menjadi jalan keselamatan.

Bahasa bumi mesti diterangi oleh sabda Tuhan, hingga bisa menjadi bahasa baru.

“Saya hanya menjalani apa yang saya tahu, dan apa yang bisa saya kerjakan,” kata seorang bapak.

“Rezeki setiap orang itu sudah diatur Tuhan, maka saya tidak pernah mengeluh, atau merebut penumpang dari teman yang lain,” lanjutnya.

“Seberapa pun penghasilan setiap hari saya syukuri, yang penting anak isteri bisa makan dan sehat,” lanjutnya lagi.

“Saya narik becak ini, sejak menikah, sebelumnya saya kerja serabutan ikut orang,”katanya.

“Saya sekolah hanya sampai kelas satu SMP, karena bapak saya meninggal ditabrak mobil, setelah itu saya keluar sekolah untuk membantu ibu membesarkan tiga adik yang masih kecil-kecil,” kisahnya.

“Sudah banyak kerjaan yang pernah saya jalani, pernah ikut orang dengan berbagai kebaikan maupun kekurangannya. Dalam aneka situasi itu saya selalu membawa diri sebaik-baiknya jangan sampai merugikan orang lain, apalagi orang yang telah menerimaku bekerja pada mereka,” lanjutnya.

“Almarhum bapak, selalu berpesan, kita orang miskin; tetapi jangan menjadi hina dengan merampas dan mencuri milik orang lain,” katanya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya.

Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu.”

Bahasa baru yang diilmahi oleh Roh Kudus yang datang dari atas, bisa keluar mulut siapa pun dengan pekerjaan apa pun.

Ketika seorang pembesar bahasanya halus berhikmat, namun hanya untuk mengelabui rakyat, pembesar itu hanyalah orang bumi yang mengejar kepentingannya sendiri.

Bahasa yang dari atas, itu mendorong orang berani mengambil banyak risiko demi kebaikan orang lain, sesamanya.

Roh Kudus tidak pernah hanya mendorong untuk memanjakan dirinya sendiri melainkan membahagiakan sesamanya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau ambil risiko demi kebaikan sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here