Dirawat dan Dihidupi

0
495 views
Ilustrasi - Menyiram tanaman. (Ist)

Rabu, 18 Mei 2022

  • Kis.15:1-6.
  • Mzm. 122:1-2.3-4a.4b-5.
  • Yoh. 15:1-8.

TIDAK ada kehidupan yang bisa dipisahkan dari keberadaan Allah.

Seperti ranting pohon anggur yang menempel pada batangnya. Tidak mungkin ranting itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, jika tidak menempel pada batangnya.

Demikian pula dengan hidup kita yang menempel pada Allah sebagai sumber kehidupan.

Kehidupan manusia tidak akan mengalami perkembangan jika tidak tinggal dalam Allah.

Manusia akan mengalami kekeringan, kehampaan dan kebinasaan, ketika tidak hidup dalam Allah.

Ketika manusia hidup di dalam Allah, maka ia akan hidup dalam pertumbuhan, pembaharuan diri dan menghasilkan buah berupa perbuatan yang baik.

“Telah lama saya mencari pengalaman hidup yang bersumber pada cinta Tuhan,” kata seorang bapak.

“Sampai umur 40 an ini, barulah saya mengalami kegairahan dalam hidup menggerakkan,” sambungnya.

“Dulu saya hanya pergi ke Gereja sekedar memenuhi kewajiban sebagai orang katolik tanpa greget dan passion,” ujarnya.

“Namun setelah saya ikut salah satu camp yang diadakan oleh Gereja, hati saya terbuka, bahwa hidupku selama ini tidak baik-baik saja. Saya harus berubah dan berbuah,” tegasnya.

“Saya selama ini kurang rendah hati hingga melihat semuanya seakan berjalan sesuai dengan usaha dan kerja keras saya, padahal tanpa berkat dan kasih Tuhan semuanya tidak akan bisa seperti saat ini,” imbuhnya.

“Sejak camp itu, saya menjadikan Gereja sebagai ibu batin saya. Saya menerima hidup karena susu kehidupan yang berasal dari kerahiman Tuhan, maka sudah pantas dan layak jika saya membaktikan hidupku bagi ibu rohani,” katanya.

“Kehidupanku berasal dari Allah, dirawat Allah dan dibimbing Allah. Itulah yang menjadi dasar bahwa saya perlu berubah dan berbuah,” sambungnya.

“Saat ini, saya selalu berusaha menjalani aktifitas sehari hari bukan berdasarkan rasa suka – tidak suka atau untung–rugi, tetapi untuk kebaikan bersama,” ujarnya.

“Dengan demikian, apa yang saya jalani dalam kehidupan bukan hanya berorientasi pada diri saya, tetapi untuk kemuliaan Allah, dengan menghargai dan mengasihi sesama,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Hidup manusia mengalami perkembangan, pendewasaan dan pemurnian seturut kehendak Allah.

Untuk melihat apakah perbuatan manusia sungguh tulus untuk memuliakan Allah atau tetap berorientasi pada diri sendiri, dapat dilihat dari buah-buah perbuatannya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menyadari keterikatanku pada rahmat Allah hingga mau berubah untuk berbuah?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here