DARI yang tidak ada menjadi ada.Ini barangkali ungkapan paling tepat menggambarkan kisah munculnya Gua Maria Lawangsih di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, DIY ini.
Sebelum muncul Gua Maria Lawangsih yang fenomenal ini, di Stasi Santa Maria Fatima di wilayah administraf Paroki Nanggulan ini sudah eksis sejak lama lokasi devosional kepada Bunda Maria dan Yesus.
Namanya adalah Gua Maria Pangiloning Leres (Cermin Kebenaran). Lokasinya tak jauh dari Gua Maria Lawangsih yakni sekitar 300 meter ke arah akses keluar meninggalkan lokasi Gua Maria Lawangsih dalam perjalanan pulang menuju arah Yogyakarta dan Purworejo.
Gua mungil yang dulu dikenal dengan sebutan Gua Maria Pangiloning Leres itu bertengger di sebuah lahan tinggi persis di sisi muka Kapel Maria Fatima.
“Isi” Gua Maria Pangiloning Leres ini sangat sederhana. Patung Bunda Maria berukuran mungil tersembul di sebuah mulut “gua” hasil bangunan.
Tak jauh dari situ berdiri tegak patung Yesus Kristus di sebuah lahan ketinggian sekitar 2.5 meter. Patung Yesus ini cukup megah dan tegap.
Para peziarah devosional seakan diingatkan pada patung Yesus Kristus yang berdiri tegap di atas perbukitan di Rio de Janeiro di Brazilia atau patung jumbo Jesus the Christ di Vungtau, Vietnam.
Sebelum akhirnya Gua Lawangsih naik daun dan mulai dikenal oleh umat katolik,, maka yang lebih dulu eksis adalah Gua Maria Pangiloning Leres dan patung Yesus Kristus di ‘perbukitan’ Kapel Stasi Maria Fatima ini. (Bersambung)
Photo credit: Mathias Hariyadi (Gua Maria Pangiloning Leres, Stasi Maria Fatima, Paroki Nanggulan)
Artikel terkait: https://www.sesawi.net/gua-maria-lawangsih-keheningan-berhias-nyanyian-alam-pegunungan-menoreh-2/