Bertahan dalam Penantian

0
254 views
Ilustrasi: Menanti by Royani Lim


MENANTIKAN suatu janji sering terasa seperti diuji. Banyak yang kehilangan kemenangan dan kegembiraan, karena menyerah di tengah jalan.

Menunggu terpenuhinya janji saat berada dalam kondisi duka berpotensi membuat orang putus asa. Di antara mereka yang masih bersemangat, ada saja orang yang mengajak membuang harapan.

Itulah yang terjadi saat Covid-19 mengamuk menebar pandemi. Berapa yang “ngèyèl” tidak mau pakai masker? Berapa yang merecoki program vaksinasi?

“Itu semua sia-sia, karena pandemi itu kehendak ilahi,” demikian kata mereka.

Begitu “herd immunity” terbentuk, orang bisa berlibur dengan leluasa. Banyak yang lupa akan usaha pemerintah yang penuh susah payah. Dihargai di dunia, tetapi ditolak rakyatnya. Ironis.

Dalam suasana duka juga, para murid harus menantikan kegembiraan yang dijanjikan Yesus. Betapa tidak. Ketika mereka menangis dan meratap, dunia justru bersukacita, penuh gegap (lihat Yoh 16: 20).

Bukankah di antara para pengikut-Nya ada yang meninggalkan Tuhan, karena tidak tahan diolok-olok oleh dunia yang sedang dipenuhi kesenangan?

Namun, mereka yang bertahan hingga akhir akan memerintah bersama dengan Dia (lihat Mat 24: 13).

Sabda-Nya sungguh meyakinkan, “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” (Yoh 16: 22)

Sukacita dunia yang memikat cepat lewat, karena bersifat sementara. Tetapi, sukacita pemberian-Nya abadi. Bersumber pada Tuhan. Tiada seorang pun dapat merampasnya. Tetapi, itu disediakan hanya bagi mereka yang bertahan dalam penantian.

Jumat, 27 Mei 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here