TAHUN 2023 depan, Majalah Rohani akan memasuki usia 70 tahun.
Kita bersyukur bahwa selama tujuh dasawarsa Rohani telah menjadi teman bagi para imam, suster, bruder, frater maupun awam untuk merefleksikan pengalaman hidup dan karya mereka.
Dalam sajian utamanya, Rohani menampilkan topik-topik berbobot seperti Ensiklik Paus Fransiskus Fratelli Tutti, Teologi Publik dan Sinodalitas dalam Gereja.
Tema-tema ringan tetapi penting pun diangkat. Misalnya, gaya hidup sehat para religius maupun humor, hobi dan sepak bola.
Berbagi sajian kisah dan tutorial belajar teologi
Selain sajian utama, Rohani juga menyediakan berbagai rubrik yang memberi kesempatan kepada para pembaca mengambil inspirasi dan berbagi.
- Para suster, bruder dan frater membagikan pengalaman hidup dan karya mereka melalui rubrik Oleh-oleh Refleksi.
- Sementara, para imam berbagi persoalan maupun inovasi karya dalam Lembar Pastor.
- Mereka yang sedang studi disediakan rubrik Belajar Teologi.
- Ada juga rubrik Kaul Biara, Spiritualitas, Ruang Doa, dan Sabda yang Hidup.
Rubrik-rubrik ini mengajak pembaca, baik religious maupun awam, untuk memperdalam kehidupan rohani mereka.
Bacaan berguna untuk kaum awam
Redaksi Majalah Rohani ingin berterimakasih kepada para penulis yang telah membagikan inspirasi mereka.
Kepada pembaca setia Rohani, semoga Majalah Rohani sungguh membantu Anda untuk menemukan makna mendalam dari hidup dan panggilan Anda.
Bagi yang belum berlangganan, jangan lupa berlangganan. Anda akan terbantu untuk menemukan Tuhan dalam pengalaman insani dan kehidupan sehari-hari.
Kami ingin agar Majalah Rohani semakin dikenal oleh khalayak lebih luas. Juga semakin lebih banyak lagi orang yang terbantu untuk menemukan makna mendalam dalam panggilan hidup mereka.
Kemudian, mulai merasakan penyertaan Tuhan dalam pengalaman insani dan kehidupan sehari-hari.
Karena itu, setiap bulan Sesawi.Net akan menyajikan tulisan berisi topik yang dibahas oleh Majalah Rohani.
Berikut ini gambaran Rohani edisi Juni 2022 yang mengangkat tema bimbingan rohani.
Mencermati jejak-jejak Allah
Banyak dari kita sadar, kita ini lemah dan rapuh, dan untuk itu butuh bimbingan. Dan untuk itu, kita butuh teman.
Sosok teman yang mau mengerti, mendukung, mengingatkan, dan mungkin mengarahkan kita. Kita membutuhkan teman yang mampu membimbing kita, baik secara psikologis maupun spiritual.
Majalah Rohani edisi Juni 2022 ini mengangkat tema soal “bimbingan rohani” untuk menjawab persoalan tersebut.
Bagi seorang pembimbing, ada hal-hal yang perlu dicermati agar seseorang bisa menjadi pembimbing rohani yang bermutu.
Kita butuh teman
Romo Rafael Mathando Hinganaday SJ dalam tulisannya Berjalan Bersama dalam Ketidaksempurnaan, mengingatkan bahwa pembimbing bukan super hero yang akan menyelesaikan masalah.
Bimbingan rohani adalah proses dua arah, di mana pembimbing dan yang dibimbing sama-sama berproses untuk berdiskresi menemukan kehendak Allah.
“Berjalan bersama” menjadi kata kunci bimbingan rohani.
Maka dari itu, tindakan “mendengarkan” menjadi penting dalam proses saling belajar dan menyesuaikan ketika berjalan bersama tersebut.
Dua arah komunikasi dalam konseling
Dalam tulisan lain, Bimbingan Rohani Bagaikan Bejana Kehidupan, Sr. Agnes Samosir FCJ menunjukkan sisi profesionalitas yang mesti dimiliki oleh seorang pembimbing.
Dia menawarkan semangat dasar yang perlu dimiliki oleh seorang pembimbing rohani, antara lain: mau mendengarkan, menghormati batasan interpersonal yang sehat, mau mengakui keterbatasan diri, menjaga kerahasiaan, dan praktik merawat diri yang sehat.
Sementara itu, beberapa teman kita menceritakan kisah yang menarik agar proses bimbingan rohani bisa menjadi proses yang mengubah hidup.
Pengalaman dokter
Dokter Elisabeth Alexandra, dalam tulisannya Berilah Aku Cinta dan Rahmat-Mu, Cukup Itu Bagiku, menceritakan kisah hidupnya dalam mencoba memahami sisi perjalanan hidupnya yang kelihatan gelap dan pahit.
Ia merasakan ada teman yang menemani dan menuntun dalam menyikapi dan memaknai setiap pengalaman hidup, terutama yang berkaitan dengan aspek rohani.
Bimbingan rohani membantunya untuk semakin sadar diri akan keberadaannya di dunia ini, sekaligus mendapat insight rohani yang menyadarkan dan menguatkannya, serta membawanya untuk semakin dekat dengan kehendak Allah.
Dia adalah sahabat
Lalu sikap macam apa yang kita butuhkan agar proses bimbingan rohani itu menghasilkan buah?
Sr. Rafaela CB dalam artikelnya Dia adalah Sahabat mengungkapkan bahwa kita memerlukan kerendahan hati untuk terbuka saat menjalani bimbingan rohani.
Agar pembimbing rohani dapat membantu apa yang menjadi kesulitan saat ingin bertumbuh dalam hidup rohani.
Remuk dulu, baru bangun lagi
Dalam nada yang mirip, Sr. Simforiana CB, dalam tulisannya Meremuk dan Membentuk Kembali, menceritakan bahwa untuk bertumbuh, dibutuhkan suatu sikap keterbukaan hati untuk dapat membiarkan diri dibentuk, diarahkan, ditemani, dan juga disembuhkan.
Ada kalanya proses pemurnian hati juga membutuhkan kesiapsediaan untuk diremukkan, untuk kemudian bisa membangun puing-puing itu menjadi bejana yang kita harapkan.
Duduk bersama
Pada akhirnya, bimbingan rohani adalah sebuah proses Duduk Bersama Memahami Kehendak Tuhan, demikian kata Romo Y. Gunawan Pr.
Karena ini merupakan proses dialogis, maka keterbukaan menjadi syarat kunci. Yang dibimbing diajak untuk berani terbuka dalam menceritakan apa yang dialami, dan pembimbing perlu terbuka terhadap banyak kemungkinan terhadap kondisi manusiawi yang barangkali mengejutkan.
Bimbingan rohani menjadi proses dialogis untuk membantu seseorang untuk mengenali kehendak Allah di dalam dirinya, hingga akhirnya semakin mampu mengembangkan relasi dengan Allah dengan lebih baik lagi.
Marijo baca
Tertarik untuk membaca? Simak kisah selengkapnya di dalam
Majalah Rohani Edisi Juni 2022.
??Klik link di bawah untuk membeli Majalah Rohani dan hubungi kontak berikut untuk berlangganan Majalah Rohani:
?️ https://www.tokopedia.com/yayasanbasis/majalah-rohani-juni-2022
? Ingin berlangganan, silakan kontak narahubung:
?? Anang Pramuriyanto: 0812-2522-5423