Sabtu, 11 Juni 2022
- Kis. 11:21b-26; 13:1-3.
- Mzm: 98:1.2-3ab.3c-5-6.
- Mat. 10:7-13
FOKUS pada tujuan jangan dibelokkan oleh berbagai kebutuhan yang seakan sangat penting bagi kehidupan kita.
Kita tidak mudah melepaskan diri dari tuntutan kebutuhan diri.
Tidak jarang orang mengambil keputusan untuk memenuhi tuntutan pandangan orang lain bukan atas dasar nilai tertinggi yang ingin dicapai.
Memang semua yang kita miliki ini berasal dari kemurahan Tuhan, namun hendaknya kita bijak menggunakannya.
“Bagaimana jika pesta pernikahan anak kita dibuat sederhana. Menurut saya yang penting pemberkatan di Gereja sedangkan perayaan pesta cukup mengundang keluarga terdekat?” tanya seorang bapak pada isterinya.
“Saya ingin dana untuk pesta digunakan untuk persiapan usaha ke depan bagi hidup mereka,” sambung bapak itu.
“Saya inginnya tetap ada pesta. meski kecil. Karena ini ada perempuan kita satu-satunya. Dan sebenarnya dana yang kita siapkan selama ini sangat cukup untuk hidup mereka nanti,” sahut isterinya.
“Kalau kita tidak merayakan kali ini, kita mungkin tidak punya kesempatan lagi untuk membuat anak kita bahagia, pesta yang baik dan meriah akan menjadi kenangan dia seumur hidup,” kata isterinya lagi.
“Lagi pula apa kata orang jika anak menikah, kita seakan diam-diam dan tidak peduli pada mereka,” imbuh isterinya.
“Bukan tidak merayakannya. Tetapi melakukan perayaan dengan keluarga inti saja, supaya tidak membuang banyak biaya hingga dana yang ada bisa untuk modal keluarga baru mereka,” sanggah suaminya sambil mengulangi pemikirannya.
“Apa gunanya pesta meriah dengan mengundang banyak tamu, namun setelah itu anak kita tidak punya apa-apa untuk mengarungi bahtera rumah tangga mereka?” kata suaminya lagi.
“Saya sebenarnya setuju, namun dalam hati saya kurang rela dan tidak siap memikirkan bagaimana tanggapan orang lain terhadap keluarga kita,” sahut isterinya.
“Kita seakan tidak mendukung dan tidak peduli, serta tidak mampu membahagiakan anak kita,” lanjutnya
“Kadang untuk mencapai nilai yang utama kita tidak usah peduli dengan pandangan orang lain. Kita harus fokus pada tujuan dan nilai yang lebih baik daripada apa yang biasa dipilih banyak orang,” jawab suaminya.
“Pernikahan bukan untuk sehari dua hari namun untuk selamanya. Jangan sampai modal habis untuk pesta sesaat sedangkan waktu yang panjang tidak disiapkan dengan baik,” imbuhnya.
“Kita mendukung kebahagiaan hidup anak-anak kita dalam hidup berkeluarga bukan hanya awal mereka berkeluarga namun sampai akhir kita menutup mata,” tegasnya.
“Jangan sampai jalan merintis kebahagiaan dihambat oleh berbagai tanggung jawab yang tidak semestinya jadi tanggung jawab mereka,” katanya lagi.
“Apalagi jangan sampai keinginan dan gengsi kita justru menjadi penghalang meraih cita-cita yang mulia,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.
Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.”
Kita mesti fokus pada tujuan dan tidak hanya sibuk dengan berbagai keinginan yang hanya menghambat langkah kita.
Tuhan Yesus meminta kita tidak pusing dengan kekurangan yang bakal kita alami dalam tugas perutusan, karena dari sejak awal kita telah dikondisikan dalam situasi yang sederhana.
Tuhan telah mengarunikan dengan cuma-cuma apa yang kita perlukan dalam hidup ini, maka jangan pelit untuk berbagi.
Jangan kuatirkan omongan orang, dan semua penilaian yang kadang justru menghambat langkah hati untuk menjadi pribadi yang murah hati dan tetap berpegang pada bimbingan Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa menggunakan berkat yang aku terima secara cuma-cuma dari Tuhan demi penuh tanggung jawab?