Memuliakan Manusia, Memuliakan Penciptanya

0
514 views
Pemulihan Relasi dengan Allah.

KITAB Kejadian menggambarkan manusia sebagai makhluk istimewa karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26), atau seringkali disingkat dengan ungkapan manusia sebagai “citra Allah”.

Ungkapan manusia sebagai citra Allah ini sarat makna.

Di satu pihak terkandung gambaran manusia yang luhur, istimewa di hadapan Allah dan unggul di antara ciptaan, di lain pihak terkandung pula tanggung jawab manusia atas seluruh ciptaan.

Dari sini tampak bahwa citra Allah menghubungkan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan seluruh alam semesta sebagai ciptaan Allah. 

Nasihat Gus Dur

Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, Presiden keempat Republik Indonesia, sering mengutarakan ungkapan ini “Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya.”

Dari sudut iman Katolik, hal ini sejalan dengan manusia sebagai citra Allah.

Imago Dei: Manusia dalam Gambar Allah

Karena manusia diciptakan sebagai citra Allah, berarti manusia memiliki martabat sebagai pribadi; ia bukan hanya sesuatu, melainkan satu pribadi. Pribadi yang mengenal diri sendiri, yang menjadi tuan atas dirinya sendiri, yang mengabdikan diri dalam kebebasan, danyang  hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Sebagai pribadi ia dipanggil membangun relasi dengan Allah pencipta.

Sebagai citra Allah juga membawa konsekuensi, manusia sepantasnya memancarkan diri Allah. Maka sifat-sifat Ilahi yang baik harus juga diteladani. Misalnya Allah itu maha pengampun, manusia pun harus penuh pengampunan; kalau Allah Mahabaik, maka manusia pun harus bermurah hati.

Sebagai citra-Nya, Allah melengkapi manusia dengan akal budi, kebebasan, dan hati nurani. Kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. Ia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur.

Mengasihi Sesama sebagai Ekspresi Kasih kepada Allah

Yesus Kristus mengajarkan bahwa perintah terbesar adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, dan yang kedua adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:37-39). Dalam iman Katolik, kedua perintah ini tidak dapat dipisahkan.

Mengasihi sesama adalah cara konkrit untuk menunjukkan kasih kita kepada Allah. Dalam Injil Matius 25:40, Yesus mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Ini menegaskan bahwa memuliakan manusia adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan.

Martabat Manusia dan Keadilan Sosial

Doktrin sosial Gereja Katolik sangat menekankan pentingnya menghormati martabat manusia. Ini mencakup perjuangan untuk keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kesejahteraan umum. Gereja mengajarkan bahwa setiap individu harus diperlakukan dengan adil dan hormat, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan. Usaha untuk memberantas kemiskinan, ketidakadilan, dan diskriminasi adalah bagian dari panggilan untuk memuliakan manusia, yang pada gilirannya memuliakan Allah.

Sikap solidaritas dengan yang lemah dan terlantar merupakan tanggapan langsung terhadap panggilan Allah untuk mencintai sesama.

Pelayanan dan Kerendahan Hati

Yesus memberi teladan dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, menunjukkan bahwa pelayanan dan kerendahan hati adalah cara untuk memuliakan manusia. Dalam tradisi Katolik, pelayanan kepada sesama—melalui amal, pengorbanan, dan tindakan kasih—adalah bentuk memuliakan Allah.

Para kudus dan tokoh-tokoh besar dalam sejarah Gereja sering kali dikenal karena dedikasi mereka dalam melayani orang lain, terutama mereka yang sakit, miskin, dan terpinggirkan.

 Melalui pelayanan ini, mereka memuliakan Tuhan dengan cara yang paling mendalam dan nyata.

Menghormati Tubuh dan Kehidupan

Gereja Katolik memandang tubuh manusia sebagai bait Allah dan karenanya harus dihormati. Ini mencakup menghormati kehidupan sejak konsepsi hingga kematian alami, menjaga kesehatan, serta menghormati integritas tubuh melalui moralitas seksual yang sesuai dengan ajaran Gereja.

Memuliakan tubuh manusia berarti mengakui bahwa kehidupan manusia adalah kudus dan dianugerahkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, tindakan yang menghormati kehidupan, baik fisik maupun spiritual, dianggap sebagai cara memuliakan Tuhan.

Pengampunan dan Rekonsiliasi

Menghargai martabat manusia juga mencakup kemampuan untuk memaafkan dan mencari rekonsiliasi. Dalam ajaran Katolik, Allah adalah sumber pengampunan yang tak terbatas, dan umat dipanggil untuk meniru pengampunan ini dalam hubungan antar manusia.

Dengan memaafkan, kita mengakui martabat orang lain sebagai ciptaan Allah dan mengupayakan perdamaian yang lebih besar, yang merupakan bentuk memuliakan Tuhan.

Memuliakan manusia secara inklusif

Maka disisi lain bisa dimaknai bahwa manusia perlu memuliakan manusia lain karena ia juga merupakan ciptaan yang bersumber dari citra Allah. Bagaimana manusia bisa mengatakan ia menghormati Allah ketika ia melakukan kekerasan terhadap manusia lain yang merupakan citra Allah.

Memuliakan manusia lain itu secara inklusif, bukan eksklusif.

Manusia lain itu adalah saudara karena ciptaan dari Allah yang sama, maka perlakuan terhadap manusia lain itu harusnya setara dengan bagaimana ia mau diperlakukan.

Golden rules yang merupakan nilai universal ini bisa menjadi acuan umum bagi kita semua.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here