Seminari Menengah St. Petrus Rasul Aek Tolang Keuskupan Sibolga

0
398 views
Wajah pemandangan wilayah depan Seminari Menengah St. Petrus Aek Tolang Keuskupan Sibolga. (Dok Seminari Aek Tolang)

LEMBAGA pendidikan khusus calon imam di Keuskupan Sibolga ini bernama Seminari Menengah Santo Petrus Rasul Aek Tolang.

Lokasinya di Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara wilayah selatan. Alamatnya ada di Jl. Prof. Mr. M. Hazairin, Kelurahan Aek Tolang, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara 22611.

Aek Tolang, sesuai nama daerahnya

Orang setempat mengenalnya dengan nama akrab: Seminari St. Petrus Aek Tolang. Lantaran lokasinya ada di desa dengan nama sama.

Nomor kontak teleponnya adalah (0631) 371761.

Sejak tahun 1950

Seminari Menengah Santo Petrus Rasul di Aek Tolang ini dirintis keberadaannya sejak tahun 1950. Di Paroki Teluk Dalam, Nias Selatan.

Dengan didirikannya sebuah asrama untuk menampung anak-anak yang terpanggil untuk hidup membiara. Khususnya bagi mereka yang ingin bergabung masuk dengan Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap).

Asrama Pra Seminari Don Dosco di Gunung Sitoli

Selanjutnya tahun 1970-an, asrama dengan model sama juga mulai dibangun di Gunung Sitoli, Nias Utara.

Namanya adalah Asrama Pra Seminari Don Bosco. Asrama di Nias Utara ini diasuh oleh para Frater CMM.

Memang dari awal, tidak secara pasti dan jelas menyebutkan kedua asrama itu sebagai lembaga seminari. Tetapi dari asrama-asrama ini ada banyak benih panggilan yang tumbuh untuk menjadi imam dan biarawan.  

Dari sinilah cikal bakal pendirian seminari menengah di Keuskupan Sibolga.

Seminari Menengah Santo Petrus Aek Tolang, Keuskupan Sibolga, Sumut.

Penghuni pertama

Kemudian pada tahun 1975, Pastor Donatus Boss OFMCap berprakarsa membuka asrama putera untuk anak-anak yang mau menjadi imam atau biarawan. Saat itu, ia mengampu reksa pastoral di Gereja St. Theresia Sibolga yang sekarang menjadi Paroki Katedral-

Ada enam orang masuk menjadi penghuni perdana asrama. Dua orang lulusan SMU dan empat orang baru saja lulus SMP. Untuk sementara waktu, mereka tinggal di sebuah wisma milik keuskupan.

Dua tahun kemudian, gedung yang sekarang ini telah menjadi Kantor Keuskupan Sibolga diberkati oleh Mgr. Gratianus Grimm OFMCap dan menjadi Asrama Pra Seminari St. Fransiskus.

Jumlah siswa Pra Seminari yang menghuni tempat tersebut 15 orang, termasuk enam orang siswa lama.

Br. Claudius Bannholzer OFMCap dipercaya menata lembaga pendidikan pra seminari tersebut. Pendidikan formal siswa pra-seminari ditempuh di SMA Katolik Sibolga.

Setelah 12 tahun

Setelah berjalan kurang lebih 12 tahun, disadari adanya pelbagai kesulitan untuk pengembangan lokasi pembinaan. Juga karena semakin meningkatnya kebisingan kota, karena gedung asrama pembinaan tersebut terletak di tengah Kota Sibolga.

Dengan pertimbangan kesulitan tersebut, maka Dewan Keuskupan Sibolga berusaha mencari lokasi lain yang memungkinkan bagi tempat pembinaan seminaris.

Pastor Kristian Brockhmann OFMCap dan Pastor Silvester Halawa OFMCap membeli areal tanah seluas 4 ha di daerah Aek Tolang, Pandan. Lokasi ini berjarak kurang lebih 11 km dari Kota Sibolga ke arah selatan.

Di tempat tersebut disepakati pula untuk mendirikan SMA St. Fransiskus sebagai sub satuan dari seminari yang dicita-citakan.

Bersamaan dengan itu dibangun pula gedung (asrama) Seminari Menengah St. Petrus dan Asrama Putera St. Bonaventura di areal kompleks yang sama.

Selanjutnya, tanggal 17 Juni 1989 dimulailah proses belajar mengajar di SMA St. Fransiskus Aek Tolang. Para siswa pra-seminari dari Sibolga pindah ke sekolah baru tersebut.

Demi mendukung pemondokan para siswi dari luar daerah, maka Kongregasi Suster OSF Route Sibolga lalu mendirikan Asrama Puteri. Lokasinya 1 km dari kompleks sekolah.

Jumlah siswa dan siswi angkatan pertama sebanyak 33 orang dan seminaris sejumlah 8 orang.

Bantuan dari keuskupan lain

Berhubung keterbatasan tenaga pembina, maka formatio yang khas untuk seminaris tidak begitu nampak. Itu karena mereka harus bergabung dengan siswa-siswa lain yang nota bene bukan Katolik.

Bapak Uskup Keuskupan Sibolga kemudian meminta tenaga imam diosesan dari Keuskupan Atambua untuk menjadi staf seminari.

Permohonan itu ditanggapi oleh Uskup Keuskupan Atambua. Dengan mengutus dua imam diosesan yaitu: Pastor Yakobus Nahak Pr (1992-1995) dan Pastor Agustinus Berek Pr (1994-1996).

Pemisahan dua lembaga

Dalam Rapat Dewan Keuskupan Sibolga tanggal 23 Januari 1995, akhirnya disepakati untuk memisahkan Seminari Menegah St. Petrus Rasul dari Kompleks Asrama Putera St. Bonaventura. Dengan tujuan agar formatio para seminaris dapat lebih efektif.

Lokasi yang disepakati untuk seminari tidak jauh dari asrama putera; hanya berseberangan jalan.

Pada tanggal 12 Juni 1996, Asrama Putera St. Bonaventura diserahkan kepada Kongregasi Frater CMM. Sementara.

Seminari Menengah Santo Petrus Rasul Aek Tolng lalu ditangani oleh Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap).

Ordo lalu mengutus Pastor Gratianus Tinambunan OFMCap menjadi penanggungjawabnya.

Terjadilah bahwa para seminaris kemudian pindah ke kompleks yang baru lagi. Jumlah seminaris waktu itu sebanyak 27 orang.

Untuk sementara, mereka menempati gedung darurat berupa sebuah kolam ikan yang telah disulap jadi ‘kolam calon imam’ alias rumah pembinaan calon imam.

Pembangunan gedung seminari

Dalam rapat Dewan Keuskupan dan staf seminari bulan Januari 1997 disepakati rencana pembangunan gedung seminari.

Br. Efrem Hondrö OFMCap diserahi tanggungjawab pembangunan tersebut dan proyek pembangunan ini dimulai bulan Juni 1997.

Tepat tanggal 16 Desember 1998, para siswa seminari mulai memasuki gedung itu.

Pada tanggal 1 Agustus 2003, Program Retorika (KPA) dibuka secara resmi oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap.

Siswa perdana berjumlah 6 orang, tetapi memasuki bulan ke dua tinggal 5 orang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here