Amor Vincit Omnia

0
1,080 views
Ilustrasi: Kesetiaan dalam hubungan kasih. (Ist)

Puncta 11.07.22
PW. St. Benediktus, Abas
Matius 10: 34-11:1

PRABU Rama sangat mengasihi Sinta, istrinya. Ketika Sinta diculik oleh Rahwana, Rama berusaha keras untuk menemukan belahan jiwanya.

Ia meninggalkan orangtua, kerajaan, dan segalanya demi merebut kembali isteri tercintanya.

Apa pun dilakukan demi kekasih jiwanya, bahkan nyawa sekalipun akan diberikan demi orang yang dikasihinya.

Cinta mengalahkan segala-galanya. “Amor vincit omnia.”

Demikian juga yang dialami oleh Samba, putra Kresna dari Dewi Jembawati. Ia jatuh cinta setengah mati kepada Hagnyanawati.

Sayangnya Hagnyanawati sudah dipersunting Boma Narakasura, kakak Samba lain ibu.

Puteri Giyantipura itu sebenarnya juga lebih mencintai Samba. Romantisme cinta segitiga selalu rumit, kompleks dan tragis.

Samba berusaha keras mendapatkan Hagnyanawati, demikian pun Hagnyanawati membuat cara agar menjauh dari Boma.

Ia minta dibuatkan jalan lurus (jalan tol, kalau zaman sekarang) dari Trajutrisna ke Giyantipura yang harus menggusur makam raja-raja leluhur mereka. Syarat yang sangat mustahil.

Boma sebenarnya rela menyerahkan isterinya kepada adiknya, Samba. Tetapi burung Garuda Wilmuna memprovokasi, memanas-manasi hati Boma sehingga muncul kebencian dan kecemburuan terhadap Samba.

Karena “kabar burung” yang bikin panas hati inilah Boma tega memutilasi tubuh Samba. Dari sinilah cerita bohong yang tidak benar itu disebut kabar burung.

Amor vincit omnia, cinta mengalahkan segalanya.

Yesus juga menuntut semua orang yang ingin mengikuti-Nya untuk berani meninggalkan segalanya.

Kalau orang mengasihi Yesus, dia tidak boleh mendua hati. Harus berani meninggalkan semuanya dan fokus hati tertuju pada Yesus.

Yesus berkata, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”

Yesus menuntut totalitas. Kalau mau mengasihi Dia tidak hanya setengah-setengah, tetapi total, berani mengalahkan dan meninggalkan segala sesuatunya.

Dia berani menjamin siapa saja yang total mengikuti-Nya.

“Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya demi Aku, ia akan memperolehnya.”

Dia juga konsekwen atas pengorbanan kita yang mengasihi-Nya. Dia rela menumpahkan darah-Nya dan mengorbankan nyawa-Nya bagi kita semua.

Beranikah kita membalas cinta-Nya dengan seluruh jiwa raga?

Sakit rasanya mencium aspal,
Bibir bengkak seperti ban vespa.
Mengikuti Yesus harus total,
Korbankan segala demi cinta-Nya.

Cawas, membangun totalitas….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here