KINI, dunia benar-benar sedang dilanda krisis. Inflasi ekonomi melanda banyak negara. Bukan hanya negara berkembang; negara maju pun tidak luput. Beberapa negara terancam bangkrut.
Krisis lokal dan nasional itu telah menjadi masalah global. Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mengambil langkah cerdas dengan membentuk satuan tugas (satgas).
Beberapa pemimpin negara ditunjuk untuk menjadi bagian dari satgas ini. Salah satunya adalah presiden Jokowi.
Penunjukkan itu tentu beralasan. Pertama, karena beliau telah berhasil mengatasi krisis di negara Indonesia. Kedua, beliau telah lama menunjukkan perhatiannya pada masalah sosial, politik, dan ekonomi internasional.
Ada hal lain yang perlu dicatat. Beliau itu pemimpin yang amat bijaksana dan strategis. Tidak konfrontatif terhadap mereka yang melawan dan “nyinyir” terhadapnya. Tetapi, diam-diam terus memperhatikan rakyat yang tersingkir. Mengambil langkah nyata untuk menolong mereka.
Langkah itulah yang dahulu hingga kini dilakukan utusan Tuhan. “Buluh yang patah terkulai tidak akan dipatahkan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya” (Mat 12: 20).
Seperti Tuhan Yesus, presiden Jokowi memberikan harapan. Bagai nyala lilin di tengah kegelapan. “Dia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan.” (Mat 12: 19). Beliau tidak melawan oposisi dengan berbantah, tetapi dengan menyelesaikan masalah.
Dalam krisis, orang berpaling kepada orang-orang yang telah menempuh jalan yang benar dan bijaksana. Terutama mereka yang melakukan langkah konkret. Tidak hanya merangkai kata. Kepadanya orang berharap (Mat 12: 22).
Sabtu, 16 Juli 2022
Hari Raya Santa Perawan Maria dr Gunung Karmel