Somil Penggarap Kebun di Tayap

0
285 views
Ilustrasi: Pesta kebun halaman parori Air Upas Keuskupan Ketapang, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Puncta 20.07.22
Rabu Biasa XVI
Matius 13:1-9

ADALAH Somil, waktu itu masih sekolah di SMAN Tayap, ikut di pastoran membantu sebagai koster.

Kalau pagi dia berangkat sekolah. Sesudah pulang sekolah, ia makan bersama kami lalu turun ke kebun menggarap ladang.

Di bawah pastoran ada kebun cukup luas yang digarap oleh Somil.

Dia tekun dan ulet mengerjakan lahan. Ada berbagai tanaman sayur yang ditanam di kebun itu. Ada kacang panjang, timun, kangkung, sawi dan cabai.

Hasilnya cukup lumayan. Setiap Minggu dia bisa jajakan di depan pastoran. Ibu-ibu yang butuh sayur tinggal membeli sama dia.

Ia tekun sekali menggarap tanah, memberi pupuk dan tentu saja menjaga dari hama-hama.

Waktu itu masih banyak kera liar berkeliaran. Ada juga bekas tapak kaki babi hutan.

Somil harus menjaga agar tanamannya tidak dihabiskan binatang-binatang itu.

Dari ketekunan kerja Somil itu tanah yang subur menghasilkan banyak sayuran.

Romo Bangun mengirim dia mengikuti kursus pertanian di KPTT Salatiga dengan harapan makin berkembang ketrampilan bercocok tanamnya.

Dalam Injil Yesus memberi perumpamaan tentang penabur. Hal Kerajaan Surga itu seumpama penabur yang menyebarkan benih di ladang.

Ada tanah yang subur. Ada yang kering gersang. Ada tanah berbatu-batu. Kualitas tanah menentukan hasil buahnya.

Tanah yang subur akan menghasilkan banyak. Sedang tanah tandus, kering dan berbatu-batu tidak akan menghasilkan apa-apa.

Benih yang tumbuh juga harus bersaing dengan rumput, ilalang atau semak duri.

Masih lagi ada hama-hama atau binatang; burung, kera, babi hutan yang bisa merusak tanaman.

Penabur harus menjaga pertumbuhan benih agar berhasil baik.

Kita ini bisa diibaratkan tanah tempat benih ditaburkan. Tergantung tanah macam apakah kita?

Ada yang subur menghasilkan seratus kali lipat. Tetapi ada juga yang 60 atau 30 kali lipat.

Tetapi kita semua diberi talenta oleh Tuhan. Kita diajak untuk dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi Sang Penabur yakni Tuhan sendiri.

Tuhan adalah pemilik kehidupan. Kita selalu dirawat dan dipelihara agar menghasilkan banyak buah.

Marilah kita berusaha menjadi tanah subur yang mampu menghasilkan banyak buah kebaikan untuk sesama di sekitar kita.

Dengan demikian kita memuliakan Sang Penabur yang telah mempercayakan hidup kepada kita.

Joko Tingkir numpak montor mabur,
Montor mabur mabure munggah.
Marilah kita menjadi tanah subur,
Agar menghasilkan buah berlimpah.

Cawas, jadilah humus….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here