Menahan Diri

0
355 views
Ilustrasi - Berkolaborasi untuk sesuatu yang lebih baik.

Renungan Harian
Kamis, 4 Agustus 2022
PW. St. Yohanes Maria Vianney, Imam
Bacaan I: Yer. 31: 31-34
Injil: Mat. 16: 13-23
 
BAPAK itu sesungguhnya berasal dari paroki d imana saya menjalani pengutusan. Ia lahir, dibaptis dan besar di kota ini. Tetapi entah mengapa sejak kuliah, ia hampir tidak pernah kelihatan di gereja lagi. Apalagi setelah bekerja dan mendapat tugas di kota lain, ia hampir tidak pernah menginjakkan kaki di gereja ini lagi.
 
Tahun ini, bapak itu mulai muncul lagi di gereja, dan menyatakan diri ingin terlibat dengan kegiatan-kegiatan menggereja.

Menurut penuturannya, bapak itu memutuskan pensiun dini dan kembali ke kota kelahirannya. Karena sudah pensiun, bapak itu ingin memberi dirinya dan waktunya untuk pelayanan di gereja.

Bapak itu mengatakan “mumpung” masih diberi kesempatan, ia ingin memberikan yang lebih untuk gereja sebagai wujud pertobatannya.
 
Pada awalnya, bapak itu terlibat dalam berbagai kegiatan sebagai pengikut, namun karena kemampuan dan waktu yang disediakan maka bapak itu dengan cepat diterima dan dipercaya  oleh umat yang lain untuk semakin terlibat dan seringkali diminta menjadi ketua.

Bapak itu dengan senang hati menjalankan semua hal yang dipercayakan kepadanya. Banyak kegiatan yang dipercayakan kepadanya dapat berjalan dengan baik.
 
Seiring berjalannya waktu, bapak itu semakin giat dalam pelayanan. Namun oleh banyak umat apa yang dilakukan bapak itu terasa mengganggu.

Bapak itu semakin lama semakin tidak bisa bekerjasama dengan umat yang lain dan tidak jarang memperlakukan umat lain yang bekerja bersama dia layaknya sebagai bawahannya.

Berkali-kali terjadi benturan dengan umat lain, karena bapak itu selalu ingin apa yang dia kehendaki itulah yang terjadi.

Ia tidak lagi mau mendengarkan saran dari umat yang lain. Akibatnya, banyak umat yang memilih mundur dari kegiatan gereja karena tidak tahan untuk selalu berbenturan dengan bapak itu.
 
Beberapa kali saya mengajak bicara bapak itu dan mengingatkan untuk bisa mendengarkan umat lain dan juga menghargai umat lain yang terlibat.

Namun tampaknya tidak pernah didengarkan. Puncaknya bapak itu mengatakan kepada saya bahwa dia bisa mengerjakan semua sendiri tanpa bantuan umat yang lain.

Saya terkejut dengan pernyataannya itu. Maka saya memutuskan untuk tidak melibatkan bapak itu, karena menjadi sumber masalah terus menerus; menjadi batu sandungan bagi banyak orang.
 
Saya tidak menafikkan kemampuan, waktu, tenaga dan bahkan dana yang dikeluarkan dalam pelayanan. Namun demikian, niat baik serta karya-karya baiknya menjadi sandungan bagi banyak umat yang berakibat banyak umat tidak mau terlibat, maka saya memberi beliau peran yang lain.

Saya mengajak bapak itu bicara baik-baik akan, tetapi bapak itu tidak mau terima dan memutuskan untuk tidak mau terlibat lagi.

Dan sejak bapak itu tidak terlibat, umat kembali guyub di dalam berkegiatan.
 
Niat baik dan karya baik saja tidak cukup dalam pelayanan kalau hal itu menjadi sandungan bagi karya baik banyak orang.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, Yesus menegur Petrus karena niat baik dan usaha baiknya justru menjadi sandungan bagi karya keselamatan banyak orang.

“Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here