Penutupan Pernas ke-9 KKI: “Kamu adalah Saksi-Ku”, Jadilah Leader Misioner (8)

0
203 views
Pertemuan Nasional Karya ke-9 Kepausan Indonesia (KKI) di Bali awal Agustus 2022 antara lain diisi dengan kegiatan bersama anak-anak SEKAMI dan Teens School of Mission (T-SOM) Angkatan ke-2. (Angel Li)

MISA penutupan Pernas ke-9 KKI berlangsung hari Minggu tanggal7 Agustus 2022. Romo Markus Nur Widipranoto memimpin Perayaan Ekaristi penutupan Pernas ke-9 Karya Kepausan Indonesia (KKI) ini.

Dilakukan bersama Romo Martin Nule SVD, Romo Isaias Pius Titirloloby Pr, Romo Petrus Maman Suparman OSC, dan Romo Hiasinthus Ikun CMF.

“Kamu adalah Saksi-Ku”

Tema Pernas ke-9 KKI adalah “Kamu adalah Saksi-Ku”; ini merupakan tema yang ditentukan oleh Paus Fransiskus untuk Hari Minggu Misi 2022.

“Karena tema inilah selama empat hari ini, kita mencoba membekali diri; belajar bersama dan memperbarui komitmen kita sebagai misionaris-misionaris yang siap untuk menjadi saksi-saksi Tuhan,” turur Romo Nur dalam homilinya di Perayaan Ekaristi penutupan.

Perayaan Ekaristi menutup program pertemuan nasional ke-9 Karya Kepausan Indonesia (KKI) di Bali, awal Agustus 2022. (Angel Li)

Dirdios perlu agresif kembangkan 4 Serikat Kepausan

Bicara mengenai bagaimana “menjadi saksi”, Romo Nur berpendapat bahwa hal ini lahir dari relasi dengan Tuhan. Karena relasi inilah, mereka harus semakin menyadari tugas mereka sebagai Direktur Diosesan yang tidak lain adalah saksi-saksi karya Tuhan sendiri.

Dan untuk menjadi saksi dibutuhkan kualitas-kualitas tertentu. Salah satunya adalah “agresivitas”; harus berani menjadi Dirdios yang agresif dalam mengembangkan karya empat Serikat Kepausan:

  1. Serikat Kepausan Pengembangan Iman;
  2. Serikat Kepausan Pengembangan Panggilan;
  3. Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner;
  4. Serikat Kepausan Persekutuan Misioner.

Tidak boleh gampang menyerah dan hanya menjadi follower, sebaliknya harus menjadi leader misioner.

Romo mengingatkan, untuk menjadi leader misioner dibutuhkan keberanian untuk mengambil risiko.

Menutup homilinya, Romo Nur mengajak para Dirdios untuk memperbarui komitmen mereka. Agar manakala sudah tiba kembali di keuskupan masing-masing, mereka mampu menjadi saksi-saksi dan leader-leader misioner yang agresif dan berani mengambil risiko.

Para remaja T-SOM angkatan kedua diajak ke Puja Mandala, Nusa Dua Bali. (Angel Li)
Anak-anak SEKAMI mengadakan kegiatan sendiri. (Angel Li)

Anak-anak SEKAMI dan para remaja peserta T-SOM angkatan kedua mengisi acara penutupan pertemuan nasional ke-9 Karya Kepausan Indonesia (KKI) di Bali, awal Agustus 2022. (Angel Li)

Penutupan T-SOM Angkatan ke-2

Selesai misa dilanjutkan dengan acara penutupan Teens School of Mission (T-SOM) Angkatan ke-2. Para peserta diberi sertifikat dan bekal rohani sebagai misionaris.

Setelah itu seluruh Dirdios kembali pulang ke keuskupan masing-masing, kecuali untuk remaja T-SOM, pendamping dan para Dirdios mereka masih melanjutkan acara hingga malam hari.

Praktik bermisi di Paroki Nusa Dua

Para remaja T-SOM angkatan kedua diajak ke Puja Mandala, Nusa Dua Bali. Kunjungan tersebut untuk mendampingi kegiatan anak-anak SEKAMI di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa.

Kelompok dibagi dua, yaitu kelas 1-3 SD dan kelas 4-6 SD, di dua ruangan berbeda.

Anak-anak SEKAMI diajak bernyanyi, berdoa, bermain, mewarnai, bercerita, mengisi kuis dan juga membaca Kitab Suci. Semuanya dipimpin oleh remaja T-SOM.

Sementara para pendamping dan Dirdios hanya ikut menemani dan mengawasi jalannya kegiatan.

Kegiatan berlangsung kurang lebih selama dua jam.

Para remaja peserta T-SOM angkatan kedua membimbing anak-anak SEKAMI melakukan kegiatan. (Angel Li)
Anak-anak SEKAMI dan para remaja peserta T-SOM secara bersama melakukan kegiatan. (Angel Li)

Ingat, bukan aku tapi Tuhan

Setelah itu, para remaja T-SOM diajak berkeliling, mengunjungi beberapa pantai wisata dan diakhiri dengan makan malam di Canggu. Sebelum makan malam, diadakan ibadat yang dipimpin oleh Romo Yosef Irianto Segu, Dirdios Keuskupan Bogor.

Dalam pesannya kepada para remaja, Romo Segu mengatakan bahwa memang secara psikologis remaja memiliki kebutuhan untuk dilihat dan dipuji. Namun Romo mengingatkan agar jangan sampai hal itu mendominasi perilaku.

Mereka tidak boleh lupa bahwa pokok yang utama adalah Tuhan sendiri, dan bukan diri sendiri.

Remaja misioner yang gembira, cerdas dan tangguh adalah ranting Tuhan; alat yang Tuhan pakai untuk mewartakan Injil.

Kegiatan kemudian ditutup dengan makan malam bersama sebelum rombongan kembali ke hotel. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here