Selasa. Hari Biasa. Pekan Biasa XXI (H)
- 2Tes. 2:1-3a.13b-17.
- Mzm. 96:10.11-12a.12b-13.
- Mat. 23:23-26.
Lectio
23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
24 Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. 25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
Meditatio-Exegese
Yang terpenting kamu abaikan
Yesus mengecam praktik hidup yang meninggalkan hukum ilahi, yakni : keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Mereka mengingkari Allah dengan cara menghitung pembayaran persepuluhan hingga tingkat nilai paling tepat dan rinci untuk hasil bumi, termasuk yang tidak begitu penting.
Mereka mengabaikan bahwa setelah tiga tahun persepuluhan itu haruslah dikeluarkan dari perbendaharaan dan diberikan untuk orang Lewi, orang asing, yatim piatu, dan para janda (Ul. 14:28-29). Sedangkan Allah menghendaki persepuluhan terkecil dari hasil bumi yang dipersembahkan sebagai ungkapan hormat dan syukur pada-Nya (Im. 27:30; Ul. 14:22).
Ungkapan hormat dan syukur pada Allah terwujud dalam peri hidup yang mengutamakan dan membela hidup, pertama dan terutama pada mereka yang miskin dan lemah.
Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu
Perintah Allah berlandaskan pada kasih – mengasihi Allah dan mengasihi sesama, bertindak adil dan benar, serta penuh belas kasih. Yesus mengingatkan agar muridNya melaksanakan perintah Allah hingga tuntas.
Dalam khotbah di Bukit Ia bersabda, “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat. 5:21-22;27-28).
Tidak cukup melaksanakan perintah Allah hanya dengan melakukan apa yang hurufiah. Mudah sekali untuk tidak membunuh, tidak marah, tidak mengecam, tidak berzinah atau bersumpah demi Allah.
Melaksanakan perintah Allah harus menukik, melampaui huruf-huruf, hingga mampu membelah jiwa untuk mencabut dan mematikan seluruh kuasa gelap yang mengarahkan manusia untuk membunuh, mencuri, marah, dan berzinah (bdk. Mat 15:18-19).
Hukum dipenuhi dalam kasih. Maka, Ia bersabda (Mat 23:26), ”Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu”, munda prius quod intus est calicis.
Katekese
Mengabaikan Makna Kasih dan Keadilan. Origenes dari Alexandria, 185-254:
“Tak hanya di antara orang Yahudi, tetapi di antara kita juga, kita menemukan orang-orang berbuat dosa dengan cara ini. Mereka menelan unta. Orang-orang semacam ini sering memamerkan cara mereka beragama, bahkan dalam hal-hal terkecil.
Mereka benar-benar disebut orang munafik, karena ingin memperalat hidup keagamaan mereka di hadapan manusia. Sebaliknya, mereka enggan melakukan perintah iman yang dibenarkan oleh Allah sendiri. Maka, para peniru Ahli Taurat dan orang Farisi harus diusir dan dijauhkan dari kita
Jangan sampai kutukan pada mereka menyentuh kita dengan cara yang sama seperti menyentuh mereka. Para ahli Kitab dapat digambarkan sebagai orang yang tidak menghargai apa pun yang ditemukan dalam Kitab Suci, kecuali pengertian sederhana yang ditafsirkan secara legalistik.
Sementara itu, mereka mengutuk siapa saja yang ingin menyelami kedalaman hati Allah sendiri. Selasih, adas manis dan jintan hanyalah rempah-rempah untuk bumbu; bukan merupakan makanan pokok.
Makanan pokok yang paling bermakna adalah pertobatan, karena sangat dibutuhkan agar jiwa kita – iman dan cinta – dibenarkan Allah; bukan menuruti rincian hukum agama, yang diumpamakan seperti bumbu dan perasa.
Mentalitas Ahli Kitab dan kaum Farisi nampaknya seperti bumbu dan perasa yang lebih banyak daripada makanan pokok itu sendiri. Kesungguhan untuk menimbang benar dan salah diabaikan; sementara perhatian lebih besar diberikan pada rincian hal yang lebih kecil.
Latihan rohani, yakni keadilan, yang meluap di dalam dan dari diri mereka sendiri, tidak pernah dilakukan; bahkan keadilan, belas kasih, dan iman, tidak pernah dibicarakan. Pendek kata, mereka tidak melaksanakan keadilan.
Maka, ketika kita tidak mempersembahkan kepada Allah ketaatan iman yang dituntut dalam seluruh perayaan ibadat kita, kita sama sekali gagal beriman pada-Nya.” (Commentary On Matthew 19-20).
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah aku dengan kasih dan belas kasihMu, agar aku mampu berpikir, berbicara dan memperlakukan sesama dengan adil, penuh kasih, sabar dan murah hati. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mencabut dan mematikan seluruh kuasa gelap yang melingkupi diriku?
munda prius quod intus est calicis et parapsidis ut fiat et id quod de foris est mundum – Matthaeum 23:26