SABDA Tuhan menegaskan bahwa Tuhan menyelamatkan semua orang (Yesaya 66: 18-21). Itu sering terasa bertentangan dengan pikiran sempit manusia yang mengira bahwa hanya pengikut agamanya yang bakal selamat.
Dalam injil hari ini, ada yang bertanya kepada Yesus, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang akan diselamatkan?” (Lukas 13: 23).
Pertanyaan itulah yang sering muncul dalam benak banyak orang beragama.
Menarik, bahwa Yesus tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi malah bersabda, “Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” (Lukas 13: 24).
Dia tidak mengatakan jumlah, tetapi menunjukkan cara.
“Berjuanglah untuk melalui pintu yang sempit itu!” (Lukas 13: 24). Yang dimaksud pintu itu adalah Yesus sendiri.
“Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yohanes 10: 9).
Ada orang yang telah memilih pintu itu dan ingin diselamatkan lewat pintu itu. Mereka ini hendaknya terus berjuang melewati pintu itu, karena banyak yang ingin melewatinya. Artinya, orang mesti berjuang.
Perjuangan itu terasa ketika orang menghadapi tantangan, ujian, dan kesulitan. Semua itu tidak dimaksud untuk melemahkan orang, melainkan untuk meneguhkan. Bukankah disiplin itu mematangkan dan mendewasakan (Ibrani 12: 5-7.11-13)?
Mereka yang sudah memilih pintu itu tidak perlu bertanya tentang berapa yang akan diselamatkan. Itu urusan Tuhan. Yang perlu mereka lakukan adalah memperkenalkan pintu itu kepada sebanyak mungkin orang, sehingga makin banyak yang diselamatkan.
Caranya?
Bukan hanya dengan berbicara tentang Sang Pintu lewat kotbah dan ceramah. Yang jauh lebih penting adalah mewartakan Dia melalui kehidupan nyata.
Bukan dengan menganggap diri pasti diselamatkan dan menganggap orang lain tidak. Tuhan itu mencintai semua orang; tidak pro eksklusivisme dalam agama.
Minggu, 21 Agustus 2022