CU (credit union) Sauan Sibarrung Tana Toraja mengundang para anggota CU dan aktivis Gereja Lokal untuk mengikuti retret ekologis. Dilaksanakan dengan mengusung tema “Menumbuhkan Kesadaran Ekologis dan Membangun Pertobatan Ekologis”.
Penulis dari Eco Camp Bandung diundang datang ke Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret di Sa’pak Bayo-bayo, Sangalla Tana Toraja, Sulsel.
Berikut ini kami syeringkan babak demi babak perjalanan retret ekologis ini.
Hari pertama adalah tanggal 29 Agustus 2022. Di hari pertama retret ekologis ini, para peserta kami ajakmenyadari keterhubungan manusia dengan alam.
Ada 58 peserta ikut serta di dalam program retret ekologis ini. Mereka terdiri dari 29 pria dan 29 perempuan.
Peserta berasal dari Luwu, Pare-Pare, Deri, Rembon, Rantetayo, Makale, Mengkendek, Sangalla, Tombong Lambe’ Bokin, dan Yayasan Palisu Padang di Makale.
Juga ikut serta sembilan orang frater dari Tahun Orientasi Rohani Keuskupan Makassar di Sangalla. Juga ikut sebagai peserta Romo Marinus Tellu dari Rantetayo yang bertugas menjadi pengawas CU Sauan Sibarrung, Romo Jimmy O.Carm dari Deri, dan Sr. Threes Bueng BKK dari Pare-Pare.
Lalu ada juga Vikep Toraja Romo Bartolomeus Pararak Romo Valens Belo dari Makale, Romo Yans Sulo Pagana’ dari Makale, Rektor Seminari Tahun Rohani Keuskupan Agung Makassar Romo Cornel Tandiayuk Pr, dan Romo Paulus Tongli dari Rantepao yang sempat mampir menengok para peserta retret.
Syering pengalaman tentang pemanasan global
Retret dibuka dengan menceritakan pengalaman penulis pernah mengikuti lokakarya tentang Pemanasan Global di Melbourne, Australia, tahun 2009 silam. Forum ini diadakan oleh mantan Wapres Amerika Serikat Al Gore.
- Tahun 2009 lalu, kadar CO2 bertengger pada angka 387 ppm.
- Tahun 2017 lalu, kadar CO2 sudah mencapai 417 ppm.
- Saat ini, bumi sudah semakin panas.
Di beberapa daerah panas sdh melebihi 40C. Di China, lapisan aspal bahkan telah meleleh, karena saking panasnya udara.
Di California, AS, dan beberapa negara Eropa, panas melebihi 40C. Di Death Valley di Texas bahkan bisa mencapai 54C.
Para ahli iklim malah berani mengatakan, bila kadar CO2 mencapai 450 ppm, maka manusia sudah tidak akan tahan lagi tinggal di luar ruangan.
Kalau kita tidak berubah gaya hidup, maka kadar CO2 pada tahun 2045 -saat Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan nanti- akan mencapai 463 ppm.
Itu artinya sudah jauh melebihi batas yang bisa ditoleransi manusia. Maka manusia harus berubah. Kita adalah generasi terakhir.
Berdialog dengan leluhur
Para peserta retret diajak untuk mengadakan dialog kakek-nenek dengan cucu.
Kakek-nenek sempat mengalami dunia yang masih bersih, indah, dan sejuk. Sungai masih bersih airnya. Hutan masih lebat pohonnya.
Udara masih terasa segar dan bersih. Saat ini, sungai sudah kotor, hutan banyak yang sudah gundul, dan udara banyak polusi.
Sebagian kakek-nenek sudah berusaha menanam pohon dan menjaga agar sungai dan udara tetap bersih, namun ada banyak kegagalan.
Sebagian kakek-nenek merasa malu, karena kurang sadar, kurang peduli, atau kurang berjuang untuk merawat bumi.
Namun cukup banyak juga kakek-nenek yang sudah sadar dan berusaha merawat alam dengan menanam pohon dan menjaga kebersihan.
Kakek-nenek juga diberi kesempatan untuk memberi nasihat kepada cucu.
Sebaliknya, cucu bisa berterimakasih atau menyatakan kekecewaan mereka kepada kakek-nenek, karena hidup cucunya terasa jauh lebih berat dan susah. Terjadi demikian, karena alam semakin rusak dan kotor.
Menghargai, mencintai alam dan merawatnya agar tetap lestari
Para peserta kemudian diajak untuk melakukan perjalanan keliling ke Pusat Siarah Sa’pak Bayo-Bayo.
Ini untuk mengamati alam, berjalan di dalam kesunyian, menemukan inspirasi dari alam. Sepanjang perjalanan peserta menemukan inspirasi dari air, batu karang, bunga-bungaan, dan pohon.
Para peserta retret juga diajak untuk masuk dan menikmati air Sungai Sa’pak Bayo-Bayo yang mengalir di pusat ziarah. Diajak bersyukur atas Sakramen Pembaptisan serta membaharui Janji Baptis.
Peserta diminta syering sesuai kelompok inpirasi. Lalu diminta masing-masing menyampaikan kesimpulan bersama di saat pleno dengan semua peserta.
Mereka menghargai air sebagai sumber bumi atau alam yang selalu memberi kehidupan, batu karang yang kuat – keduanya juga memberi kesempatan tumbuhnya berbagai tumbuhan dan bunga yang memberi keindahan.
Mereka juga belajar dari pohon yang memberikan naungan, keteduhan, cadangan air, oksigen, kayu, buah-buahan, dan berbagai hal lainnya.
Pohon yang bekerja tanpa lelah dan terus memberi berbagai hal kepada manusia. Maka, manusia juga diundang untuk belajar memberi tanpa lelah dan dengan gembira.
Film Earth Pilgrim
Malam hari retret ditutup dengan menonton film Earth Pilgrim dari Satish Kumar yang menggambarkan keindahan alam Dartmoor di Inggris selama setahun.
Digambarkan di situ terjadinya perubahan musim yang luar biasa dan kekaguman terhadap alam semesta yang dahsyat.
Para peserta juga diajak untuk mengagumi keindahan alam semesta di Tana Toraja. Dimotivasi untuk mau berjanji merawat seluruh ciptaan.
Dilakukan dengan rasa kagum dan kacamata iman kepada Allah yang telah menciptakan semuanya.
Semoga bisa dibuat video keindahan Tana Toraja dari kacamata iman seperti video Earth Pilgrim yang dibuat Satish Kumar dari Schumacher College di Inggris.
Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sa’pak Bayo-Bayo diharapkan sekaligus menjadi tempat belajar untuk menumbuhkan kesadaran ekologis dan membangun pertobatan ekologis.
Mengolah situasi
Hari kedua retret akan mengolah berbagai situasi kehidupan sehari-hari yang menggambarkan krisis ekologis. Ini dengan harapan tumbuhlah kesadaran dan pertobatan ekologis.
Antara lain akan diolah masalah plastik, sampah, pangan, dan rokok.