Konsistori Kardinal Luar Biasa 2022 dan Possesio Canonica Ignatius Kardinal Suharyo

2
761 views
Uskup KAJ Ignatius Suharyo mencium salib sebelum memimpin Perayaan Ekaristi sebagai bagian dari seremoni possesio canonica di mana diberikan gelar kehormatan di sebuah gereja di Roma. (KAJ)

KONSISTORI Kardinal Luar Biasa 2022 terjadi di bulan Agustus 2022. Pada kesempatan ini, Paus Fransiskus kembali memanggil para Kardinal di seluruh belahan dunia untuk ambil bagian dalam Konsistori Luar Biasa di Vatikan.

Konsistori adalah sebuah perjumpaan sekaligus urun rembug para kardinal Gereja Katolik. Hanya Paus yang dapat memanggil dan memimpin rapat “para pangeran Gereja ini”. Sering kardinal disebut “pangeran” dalam Gereja Katolik, karena gelar ini disematkan oleh Paus Urbanus VIII di tahun 1630; dalam kaitannya dengan hak yang dimiliki para kardinal dalam pemilihan Paus atau konklaf.

Dua macam konsistori

Kitab Hukum Kanonik 1983 membedakan dua jenis konsistori, yaitu biasa dan luar biasa.

Konsistori Biasa terjadi ketika Paus membutuhkan nasihat para Kardinal, sekurang-kurangnya yang berada di Roma, tentang “perkara-perkara penting, tetapi yang lebih sering terjadi, atau untuk mengadakan beberapa kegiatan yang sangat meriah” (Kan. 353 § 2), seperti misalnya persetujuan kanonisasi santo atau santa.

Konsistori Luar Biasa diadakan “apabila ada kebutuhan-kebutuhan khusus Gereja atau perkara-perkara yang lebih penting yang harus ditangani” (Kan. 353 § 3) dan oleh karena “urgensi”-nya itu, maka semua Kardinal diundang untuk berpartisipasi.

Terakhir kali, Paus Fransiskus memanggil para Kardinal ke Konsistori Luar Biasa adalah pada 12-13 Februari 2015. Dan beliau kembali membuat hajatan ini setelah dikeluarkannya Konstitusi Apostolik Praedicate Evangelium (Beritakanlah Injil) pada 19 Maret 2022.

Possesio canonica dan dokumen Praedicate Evangelium

Ignatius Kardinal Suharyo ikut berpartisipasi dalam konsistori luar biasa ini. Ia juga menggunakan kehadirannya di Roma untuk menunaikan upacara possesio canonica yang sempat tertunda selama dua tahun karena pandemi Covid-19.

Sama seperti di tahun 2015, Konsistori Luar Biasa pada 29-30 Agustus 2022 berlangsung setelah pengangkatan para kardinal baru.

Dalam konsistori di akhir Agustus 2022, para kardinal akan mendedikasikan diri untuk berefleksi dan membahas dokumen Praedicate Evangelium.

Dokumen ini merupakan pengganti Konstitusi Apostolik Pastor Bonus yang dibuat oleh Paus Johanes Paulus II pada 28 Juni 1988.

Dokumen yang dikeluarkan pada pesta St. Yosef dan hanya selang beberapa hari setelah ulang tahun ke-sembilan pontifikal Paus Fransiskus.

Menata ulang struktur organisasi pemerintahan Vatikan

Secara garis besar, dokumen itu membahas tentang penataan kembali Kuria Roma dan juga mengubah Kongregasi untuk Ajaran Iman yang diresmikan oleh Paus Fransiskus pada bulan Februari 2022.

Paus Fransiskus memutuskan telah mengatur ulang struktur internal kantor ini menjadi dua bagian: Bagian Doktrin dan Bagian Disiplin.

Jadikan Gereja aman dan nyaman bagi anak-anak

Lebih lanjut lagi, Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur masuk dalam Dikasteri untuk Ajaran Iman.

Tugasnya adalah “memberikan saran dan nasihat kepada Paus dan mengusulkan langkah-langkah yang paling tepat untuk perlindungan anak di bawah umur dan orang-orang yang rentan” (art. 78 § 1).

Ini pertama kalinya Paus Fransiskus menjadikan pengamanan dan perlindungan anak di bawah umur sebagai bagian mendasar dari struktur Kuria Roma.

Komisi Kepausan ini tetap mempertahankan statusnya sebagai badan terpisah dalam dikasteri yang dapat memperoleh akses langsung kepada Bapa Suci dan dengan kepemimpinan dan stafnya sendiri.

Komisi Kepausan yang diperbarui dan ditegaskan kembali ini akan memainkan peran yang semakin tajam dalam memastikan Gereja adalah tempat yang aman bagi anak-anak dan orang-orang yang rentan.

Dengan pembaruan Kuria Roma ini, Gereja ingin sekali lagi mengedepankan sifat misionernya dan sinodalitasnya.

Mari kita dukung dengan doa agar buahnya dapat dirasakan oleh setiap Gereja lokal.

Possesio Canonica dihadiri Dubes Vatikan untuk RI

Ignatius Kardinal Suharyo didampingi Romo V. Adi Prasojo Pr selaku Sekjen Keuskupan Agung Jakarta menunaikan upacara possesio canonica di Gereja Spirito Santo alla Ferratella pada hari Minggu, 28 Agustus 2022. Terjadi satu hari sebelum Konsistori Luar Biasa dimulai.

Possesio canonica sendiri adalah penerimaan secara resmi Gereja tituler yang diberikan oleh Paus.

Bersama Mons Massimiliano Boiardi, ceremoniarius Vatikan yang memandu acara pemberian Gereja tituler kepada Ignatius Kardinal Suharyo. (KAJ)
Kardinal Suharyo memimpin Perayaan Ekaristi dalam rangka possesio canonica di sebuah gereja di Roma. (KAJ)
Kardinal Suharyo disambut Dubes Vatikan untuk RI yang juga mengikuti seremoni possesio canonica di sebuah gereja di Roma yang bernama Spirito Santo alla Ferratella. (KAJ)

Setibanya di gereja itu, Ignatius Kardinal Suharyo disambut oleh Pastor Paroki setempat: Pastor Mario Pangallo.

Ia memberi kepada Kardinal Suharyo sebuah salib untuk dicium dan dihormati. Selanjutnya kardinal lalu memimpin misa dalam bahasa Italia.

Nuntio untuk RI Mgr. Piero Pioppo ikut hadir dalam kesempatan ini. Bersama pastor paroki dan sekitar lima belas imam asal Indonesia ikut berpartisipasi dalam misa konselebrasi.

Dalam misa yang dimulai pukul 11.00 waktu setempat, Kardinal Suharyo didampingi oleh Diakon Marcellinus Vitus, calon imam Keuskupan Agung Jakarta yang sedang belajar di Roma dan Mons. Massimiliano Boiardi, ceremoniarius Vatikan yang membacakan bulla “pengukuhan sebagai kardinal dan penyerahan Gereja tituler” serta mengarahkan upacara tersebut.

Dalam homilinya, Kardinal Suharyo memperkenalkan profil negara dan bangsa Indonesia secara singkat kepada umat Italia yang hadir.

Pembacaan bulla yang menetapkan Kardinal Suharyo mendapatkan kehormatan (tituler) pada sebuah gereja paroki di Roma bernama Spirito Santo alla Ferratella. Bulla ini disampaikan oleh Mons. Massimiliano Boiardi, seorang ceremoniarius Vatikan. (KAJ)
Penandatanganan dokumen pemberian Gereja tituler kepada Kardinal Suharyo (KAJ)

Sebagai negara kaya akan warisan budaya dan berbagai kemajemukan lainnya, umat Katolik di Indonesia sudah terbiasa hidup berdampingan dengan saudara-saudari dengan latar belakang yang berbeda; entah itu agama, suku, bahasa dan yang lainnya. Di tengah keberagaman itu umat Katolik di Indonesia dipanggil untuk terus mengusahakan dialog kehidupan demi terciptanya kesejahteraan dan kebaikan bagi semua.

“Iman harus berbuah dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, khususnya menumbuhkan kepedulian kepada mereka yang tersingkir yang dalam Injil hari ini digambarkan dalam diri orang-orang miskin, cacat, lumpuh, dan buta,” ujarnya.

Hadir pula dalam upacara ini Ibu Lina Yanti, Kuasa Usaha ad interim KBRI untuk Tahta Suci dan perwakilan berbagai kelompok dan komunitas di Roma, seperti IRRIKA, REHAT dan San Egidio.

Usai Perayaan Ekaristi rampung, Kardinal Suharyo berjumpa dengan perwakilan dewan paroki setempat dan umat yang hadir di pelataran gereja. Keniudian beliau menuju aula KBRI Vatikan untuk melangsungkan acara raniah tamah dengan beberapa pastor dan suster yang sedang berada di Roma.

“Saya sangat senang, karena akhirnya upacara possesio canonica ini bisa terlaksana setelah tertunda dua tahun karena pandemi COVID-19. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini. Dan semoga melalui upacara sederhana ini kita terus mengingat semangat ‘100 persen Katolik, 100 persen Indonesia’.

Sebagai umat yang dilandasi iman Katolik, kita mempunyai tanggungjawab merawat dan mengembangkan semangat cinta tanahair dan watak peduli pada sesama dalam tugas perutusan kita masing masing,” kata Kardinal Suharyo.

Pembacaan bulla yang menentapkan Kardinal Suharyo mendapatkan kehormatan keterkaitannya melalui Gereja tituler dan pelaksanaan possesio canonica di Gereja Spirito Santo alla Ferratella, sebuah gereja paroki di Roma. (KAJ)
Possesio canonica dan Perayaan Ekaristi di Spirito Santo alla Ferratella menandai pemberian kehormatan Gereja tituler untuk Kardinal Suharyo. (KAJ)
Kardinal Suharyo memimpin Perayaan Ekaristi di Spirito Santo alla Ferratella yang dihadiri antara lain oleh Nuntius Dubes Vatikan untuk RI Mgr. Piero Pioppo dan sejumlah imam asal Indonesia yang tengah bertugas dan belajar di Roma. (KAJ)

Pemberian gereja kehormatan

Setelah ditunjuk menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus tanggal 1 September 2019 dan dikukuhkan pada 5 Oktober 2019, kepada Bapa Kardinal Ignatius Suharyo diberikan satu Gereja “tituler” (kehormatan) di Roma: Spirito Santo alla Ferratella.

Pemberian gereja tituler ini merupakan simbol paling jelas dari ikatan historis dewan para Kardinal dengan Gereja Roma.

Dengan gelaran upacara possesio canonica ini, maka Kardinal Suharyo ingin menegaskan ikatan yang kuat dengan Uskup Roma yang adalah Paus sendiri.

Tiga tingkatan kardinal

Dengan pemberian satu Gereja tituler di Roma, seorang kardinal-imam -tingkat yang disandang oleh Kardinal Ignatius- tidak memiliki otoritas pastoral-yuridis di gereja ini (cf. kan. 357 § 1). Pastor paroki tetap figur yang memiliki otoritas dan tanggungjawab sehari-hari di paroki tersebut.

Ada tiga “tingkatan” kardinal yaitu:

  • Kardinal-Uskup (episkopal).
  • Kardinal-Imam (presbiteral).
  • Kardinal-Diakon (diakonal).

Jumlah Kardinal tingkat presbiteral biasanya paling besar dalam Dewan Para Kardinal.

Jika para Kardinal-Imam diberikan satu gereja tituler di sekitar Roma, maka Kardinal-Uskup diberi Gereja tituler “Suburbikaris” (yang ada di pinggiran dan mengelilingi kota Roma, cf. kan. 350 §1).

Sedangkan Kardinal Dekan memegang gelar kehormatan untuk Keuskupan Ostia (kan. 350 § 4). Mereka tidak mempunyai kuasa kepemimpinan atas Gereja Suburbikaris ini dan dengan alasan apa pun tidak boleh campur-tangan dalam hal-hal yang menyangkut pengurusan harta-benda, disiplin atau pelayanan Gereja-gereja. Namun dipanggil untuk ikut serta dalam memajukan kesejahteraan keuskupan-keuskupan dan Gereja-gereja itu dengan nasihat serta perlindungannya (cf. kan. 357 § 1).

Pada tingkat praktis, para kardinal tidak berpartisipasi dalam kegiatan paroki sehari-hari, mereka juga tidak memiliki wewenang untuk menunjuk pastor paroki, menunjuk dewan paroki atau membuat keputusan penting untuk paroki.

Gereja tituler ini lebih seperti rumah kedua bagi para kardinal, yang selalu dipersilakan untuk merayakan Misa dan untuk kebutuhan-kebutuhan spiritual lainnya.

Sementara, untuk para Kardinal-Diakon masing-masing diberi “diakonia” (pelayanan) di Roma oleh Paus (cf. kan. 350 § 2).

Mereka ini biasanya juga pejabat kuria Roma atau prefek dari suatu dikasteri.

Dalam konsistori dan dengan persetujuan Paus, mereka dapat mengubah “diakonia” tempat mereka ditugaskan dan setelah 10 sebagai Kardinal-Diakon mereka dapat menjadi Kardinal-lmani.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa dengan pemberian Gereja tituler dan diterimanya pemberian itu lewat upacara possesio canonica, ikatan antara Bapa Suci dan para Kardinal diperkuat.

Kardinal Suharyo memimpin Perayaan Ekaristi di Spirito Santo alla Ferratella, Roma. (KAJ)

Gereja Spirito Santo alla Ferratella

Gereja ini terletak di Viale Cesare Pavese Roma; didirikan sejak 1 Desember 1981 dan kini dilayani oleh para imam dari Kongregasi Rosminiani. Sejak 28 Juni 1988, gereja ini menjadi salah satu gereja yang dipilih sebagai Gereja tituler bagi para Kardinal-lmam.

Kardinal Suharyo merupakan Kardinal ketiga yang mendapat gereja tituler ini setelah Kardinal Vincentas Sladkevicius MIC (28 Juni 1988—28 Mei 2000) dan Kardinal Ivan Dras (21 Februari 2001— 19 Juni 2017).

Kardinal yang disebutkan terakhir ini pemah menjadi sekretaris Nuncius Apostolik di Indonesia dan prefek untuk Dikasteri Penginjilan Bangsa-bangsa (20 Mei 2006-10 Mei 2011).

PS: Materi siaran pers KAJ

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here