Yang Terluka, Yang Mengampuni

0
567 views
Layang-layang naga. (Ist)

Minggu, 11 September 2022

  • Kel. 32:7-11,13-14.
  • Mzm. 51:3-4,12-13,17,19.
  • 1Tim. 1:12-17.
  • Luk. 15:1-32

HIDUP dalam ketersesatan itu tidak mudah, tidak enak, tidak menyenangkan.

Bagai layangan yang putus dari benangnya demikian perjalanan yang gontai tanpa arah pasti harus kita lalui.

Dalam situasi seperti itu, kepastian menjadi sebuah kerinduan, pengampunan menjadi impian dan harapan.

Jalan pengampunan seringkali tersumbat oleh ketegaran hati. Luka yang tergangga seakan sulit tersembuhkan hingga perdamaian menjadi kemustahilan.

Banyak orang tersandera oleh luka dan kemarahan, tertawan oleh rasa tercampak hingga sulit sekali menerima permintaan maaf.

“Saya tidak akan mengampuni mereka yang telah membuat hidupku hancur,” kata seorang ibu.

“Saya tidak lagi memikirkan perbuatannya yang dulu namun saya akan selalu ingat luka yang saya rasakan,” katanya dengan nada getir.

“Anakku cacat seumur hidup, karena perbuatan mereka,” kisahnya.

“Karena kesembronoan mereka membawa kendaraan bermotor, hingga menabrak anakku yang naik sepeda pulang dari bermain bola,” lanjutnya.

“Akibat kejadian itu, anakku mengalami gangguan pada penglihatan serta pendarahan otak hingga dia tidak bisa beraktivitas seperti anak-anak lain bahkan kemudian sampai saat ini pertumbuhan hidupnya terhambat,” sambungnya.

“Peristiwa itu tidak akan terjadi jika mereka tidak ugal-ugalan dan mabuk,” tegasnya.

“Perbuatan mereka sangat menyakitkan hatiku, anakku satu-satunya telah dirampas masa depannya bahkan hidupnya,” lanjutnya

“Mereka sama sekali tidak menaruh simpati pada kami, bahkan menyalahkan anakku yang katanya tidak becus naik sepeda,”ujarnya.

“Sikap mereka itulah yang semakin melukaiku, dan membuatku tidak bisa mengampuni mereka,” sambungnya.

“Kalau orang salah minta maaf, itu menarik belas kasih serta kemurahan hati untuk mengampuninya tetapi jika sudah bersalah malah bertingkah bahkan menyalahkan orang lain, itu konyol,” tegasnya.

“Sulit rasanya mengampuni orang yang tidak tahu diri, namun justeru itulah kenyataan yang menyandera hatiku, pikiranku, hidupku,” sambungnya.

“Kebahagiaanku dirampas oleh mereka. Aku ingin memiliki hidup dan kebahagiaanku lagi, aku ingin mendoakan mereka dan mengampuni apa yang telah mereka lakukan pada kami, meski mereka tidak peduli untuk itu,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

Dalam Injil Lukas 15, Yesus menekankan pertobatan yang disampaikan lewat perumpamaan. Perumpamaan ini adalah kisah tentang Allah yang tidak pernah berhenti berbelas kasih dan cinta kepada umat-Nya.

Dia akan terus menerus melihat dan memperhatikan manusia ciptaan-Nya. Ketika kita tersesat dan tidak tahu arah, Dia akan mencari kita sampai Dia menemukan kita.

Inilah gambaran yang sangat indah tentang Allah yang begitu mencintai dan mengasihi manusia, Allah bersukacita karena telah menemukan kita.

Betapa Tuhan mencintai walaupun kita yang sering melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki-Nya.

Kita pernah merasa marah kepada Tuhan karena peristiwa-peristiwa yang menimpa kita. Namun Tuhan terus menunggu kita untuk berbalik kepadanya dan setelah beberapa waktu kita sungguh-sungguh bertobat dan belajar terus untuk percaya dan percaya kepada-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau memperjuangkan keselamatan hidup orang yang telah jatuh dalam lembah dosa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here