DALAM komunikasinya, manusia memerlukan bahasa lisan dan tulisan. Dari zaman Yesus hingga kini itu masih dilakukan. Cara itu masih efektif.
Menurut injil Lukas, Yesus membangkitkan pemuda di kota Nain, anak tunggal seorang janda, karena tergerak oleh belas kasihan (Lukas 7: 11-17). Peristiwa itu membuat banyak orang takjub dan memberitakannya secara lisan ke seluruh Yudea dan daerah sekitarnya.
Penyebaran berita sukacita keselamatan itu tidak terbatas pada cara lisan. Para rasul dan penulis injil melanjutkan upaya menyebarkan berita keselamatan itu secara tertulis.
Para Bapa Gereja mewariskan kesaksian iman mereka lewat kotbah (lisan) dan tulisan. Keduanya didukung dengan perilaku hidup mereka. Karena itu kesaksian mereka amat meyakinkan, kuat, dan efektif.
Santo Yohanes Krisostomus (347-407) adalah salah satu dari mereka. Dia berkarya sebagai uskup di Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki). Dia itu pengkhotbah ulung.
Kata-katanya bernas, memukau, dan bermakna. Dia mendapatkan julukun sang mulut emas. Itulah arti dari Krisostomus.
Bukan karena gigi-giginya dilapis emas, tetapi melalui mulutnya terlontar ajaran kristiani yang penuh kasih, jelas, benar, dan tajam. Amat enak didengarkan. Lagi pula didukung oleh hidupnya yang sesuai dengan yang dikhotbahkannya.
Sebagai penulis ulung dia mengingatkan manusia abad ini untuk menulis dan menyebarkan yang baik, benar, penuh kasih, dan menyelamatkan.
Mereka yang tulus melakukannya lewat media sosial dan media lainnya layak disebut manusia yang memiliki jari-jemari emas.
Selasa, 13 September 2022
PW Santo Yohanes Krisostomus