IMAN dan penderitaan itu punya kemiripan dan perbedaan. Mereka juga terkoneksi satu sama lain. Iman membantu orang memahami penderiraan. Penderitaan bisa mematangkan iman seseorang.
Iman itu anugerah Tuhan yang membuat orang berani melompat dalam kegelapan tanpa mengetahui siapa yang bakal menatangnya. Penderitaan pun tampak sebagai misteri yang sulit dipahami. Penderitaan tak membawa bersamanya alasan jelas; kepastian berakhirnya pun sulit ditemukan.
Perbedaannya, iman itu murni pemberian Tuhan. Sedang penderitaan tidak demikian. Ada penderitaan yang datang dari Tuhan, ada yang terjadi karena ulah manusia. Yesus menderita bukan karena kesalahan-Nya, tetapi karena dosa manusia.
Dialog Ayub dengan Bildad, sahabat dan penghiburnya dalam penderitaan, berbicara tentang misteri penderitaan (Ayub 9: 1-12).
Bildad mengatakan bahwa hukuman untuk orang jahat pasti datang. Nasib Ayub bisa jadi akibat dari sebagian kesalahannya. Ayub yakin bahwa dia bukan orang tanpa dosa dan karenanya layak menerima hukuman. Tetapi, apakah hukumannya mesti seberat itu?
Meski menderita, Ayub tetap bersikap sabar, karena yakin akan kebesaran Tuhan. Amat jarang orang yang menderita memiliki sikap itu. Kebanyakan menghendaki agar “badai” itu cepat berlalu; bahkan marah. Tidak terima dirinya harus menderita.
Ayub mengungkapkan kedahsyatan Tuhan (Ayub 9: 2-12) dan bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya; tak mungkin membantah-Nya (Ayub 9: 14-16). Karena itu, tatkala orang ingin menggugat Tuhan, kata-katanya bagai takkan sampai ke telinga-Nya.
Ketika manusia hanya menggunakan bahasa dan daya manusiawinya, dia gagal memahami jalan penderitaan.
Itulah yang tampak dalam injil hari ini (Lukas 9: 57-62). Kepada tiga macam orang yang mau mengikuti-Nya, Yesus mengatakan kriteria dan pemikiran yang amat berbeda (Lukas 9: 58.60.62).
Ketika melepaskan kerangka berpikirnya sendiri barulah orang dapat mengenakan cara pikir dan hidup Yesus. Siapa menyatukan penderitaannya dengan penderitaan-Nya menemukan bahwa penderitaannya tidak sia-sia.
Orang tidak perlu mencari alasan penderitaan dan kapan berakhirnya, karena nyaris tak bakal ditemukan jawabannya. Yakinilah, dalam dan bersatu dengan penderitaan Yesus orang menemukan makna dan tujuannya. “Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah, agar aku memperoleh Kristus dan bersatu dengan-Nya.” (Filipi 3: 8).
Rabu, 28 September 2022