Cinta dari Berbagai Perspektif Sudut Pandang (3)

0
187 views
Ilustrasi: Relasi cinta mengikat janji saling setia. (Ist)

CINTA itu indah karena di dalamnya manusia berada di lautan makna (Riyanto 2013, p. 161). Artinya, cinta itu sangat dalam maknanya. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena cinta itu bagaikan hati.

Cinta itu sangat sulit untuk dijangkau dan tidak dapat diukur diurai oleh alat apa pun di dunia ini. Lautan makna yang saya mengerti bahwa cinta manusia itu terbentang luas jauh melampaui segala yang ada.

Armada riyanto mengandaikan cinta yang dimiliki oleh manusia bagaikan matahari (p. 161). Menurut perspektif itu cinta di sini sebagai pusat dari hidup manusia. Perlu diketahui bahwa matahari sebagai pusat tata surya dan semua kegelapan yang ada di bumi diterangi oleh sinar matahari. Maka, begitu pula hidup manusia, cinta menjadi centrum dalam diri mahkluk hidup khusunya manusia mahkluk yang berakal budi.

Sepanjang masa

Cinta itu ada sebelum manusia itu ada. Cinta pada mulanya mencoba mencari dan menemukan hakekatnya yakni manusia. Kehadiran manusia di dunia ini memperjelas cara pandang tentang cinta bahkan definisi oleh para pemikir-pemikir yang ulung dari zaman ke zaman.

Kehadiran cinta di dunia membuat manusia mengenal satu dengan yang lain serta membangun relasi bersama orang lain.

Artinya cinta itu sangat penting dan bermanfaat dalam hidup manusia karena boleh dikatakan cinta itu sebagai “mediare” atau mediasi” (Syahrizal 2010, p.1).

Artinya, menurut perspektif saya, cinta itu sebagai penghubung, jembatan untuk membangun relasi antara sesamanya.”

Cinta hanya menjadi mungkin dalam narasi kehidupan bukan definisi, bukan abstraksi, bukan atas fondasi untung dan rugi” (Riyanto 2013, p. 165). Mau mengatakan bahwa cinta itu bukan fiktif belaka dan cinta itu bukan sebuah kesia-siaan belaka seperti yang dikatakan oleh Lucrece (Riyanto 2013, p. 160).

Menembus skeptisme, reminisensi

Menurut Erich Fromm, cinta itu sebuah kuatan aktif dan bukan pasif dalam diri manuisa yang meruntuhkan tembok pemisah antara sesamanya. Cinta itu mengangkat martabat manusia dari keterasingannya sebagai manusia. Cinta itu boleh diartikan sebagai reminisensi. Artinya mengingat kembali pengalaman dalam konteks ini merujuk pada diri manusia itu sendiri.

Cinta menjiwai segala lingkaran hidup manusia di dalamnya mencakup perasaan, pengenalan, tanggung jawab.

Erich Fromm yang memberi pandangan tentang aspek-aspek cinta itu  dalam kehidupan manusia. Cinta bukan hanya gerakan semata yang langka karena pada dasarnya cinta itu sifatnya murni dan cinta sesungguhnya sebuah pengalaman terindah yang mampu mempersatukan manusia tanpa ada sikap keraguan (Alfons 2018, p. 24).

Cinta menjadi instrumen atau sarana kehidupan yang sangat penting untuk selalu diingat serta dimaknai akan partisipasinya dalam hidup manusia (Alfian 2022. P.104). Artinya cinta itu menurut pemahaman saya sebuah alat atau sarana dalam kehidupan manusia.

Keunggulan manusia dalam kehidupan bersosial sesungguhnya terletak pada cinta yang memampukan dirinya berrelasi dengan baik bersama orang lain di masyarakat atau pun relasi dengan dirinya sendiri.

Kehadiran cinta itu juga menembus skeptisme terhadap orang lain karena manusia sering kali meragukan antar sesamanya jadi kehadiran cinta dalam hidup manusia membawa sebuah pembaharuan yang sangat dahsyat.

Manusia mampu mengenal dirinya sendiri dan manusia itu sendiri mengenal sesamanya. Memaknai cinta itu sangat penting juga alasannya cinta yang dimiliki oleh manusia itu benar-benar berasal dari dalam hatinya dan diluapkan lewat tindakan konkret.

Dari sinilah bisa dilihat bahwa cinta itu bukan hanya diagung-agungkan oleh manusia dengan kata-kata melainkan sikap dan perbuatan manusia itu.

Rasa bahagia

Menurut Robert Spaeman, cinta adalah happiness atau kebahagiaan manusia dan cinta sebagai puncak tertinggi yang lebih mengedepankan kepentingan bersama (Nugraha 2012, p. 42).

Saya mau mengatakan bahwa cinta bukan hanya sebuah kebahagiaan saja. Cinta bisa juga membawa malapetaka dalam diri manusia. Manusia sering kali terhanyut dalam cinta dan pada akhirnya manusia itu melupakan eksistensinya sebagai manusia.

Lepas kontrol atau tidak mengendalikan cinta itu akan membawa manusai kepada keterpurukan. Cinta yang ada dalam diri manusia itu memiliki dua sisi yakni sisi negatif dan positif. Sisi cinta positif dalam diri manusia, manusia mampu menguasai dirinya artinya manusia itu mengenal dirinya seutuhnya sehingga tidak mudah terhanyut dalam perasaan.

Tentu sikap ini normal berasal dari diri manusia baik cinta negatif. Kedua-duanya memiliki kedudukan yang sama, fungsi yang sama dan dampak yang berbeda. Jadi cinta harus dipahami sedalam-dalamnya mencari radiks dari cinta itu.

Cinta sebagai puncak tertinggi dalam pergumulan hidup manusia dan cinta itu lebih mengedepankan kepentingan bersama. Armada Riyanto sering berelasi lewat perkuliahan tentang pengantar filsafat.

Puncak tertinggi

Dalam bukunya yang berjudul Menjadi-Mencintai, ia mengatakan cinta itu sebuah kehidupan. Artinya di sini, saya mau mengatakan bahwa apa yang disampaikan di atas sangat relevan.

Cinta sebagai puncak tertinggi” dan “cinta sebuah kehidupan” kedua pendapat memiliki makna yang sama hanya soal pengunaan kata yang berbeda. Armada Riyanto lebih menyentuh kepada pusat yakni “kehidupan”, sedangkan Nugraha masih abstrak.

Cinta di sini menurut saya sebagai perkakas menukik lebih dalam artinya cinta itu ditelusuri dan diteliti untuk menemukan akar cinta yang otentik dalam diri manusia itu sendiri.

Manusia yang selalu meragukan cinta sebetulnya manusia itu belum menemukan cinta yang otentik. Manusia itu hanya sampai pada konsep cinta dan belum menyentuh pada relitas yang ada. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here