Sumbadra dan Srikandi

0
1,269 views
Tokoh wayang bernama Arjuna by Wiki.

Puncta 04.10.22
PW. St. Fransiskus Assisi
Lukas 10: 38-42

ARJUNA salah satu dari lima Pandawa mempunyai banyak isteri. Dia dikenal sebagai “Lelananging Jagad” atau pria idaman setiap wanita.

Dua isterinya yang sering disebut adalah Sumbadra dan Srikandi. Selain ada juga Larasati.

Sumbadra adalah adik dari Kakrasana (Baladewa) dan Narayana (Kresna). Ia adalah puteri cantik dari Kerajaan Mandura.

Sumbadra berkarakter lemah lembut, anggun, tenang, setia dan patuh pada suami. Ia bertipe sebagai ibu yang suka tinggal di rumah, mengurus segala urusan domestik.

Berbeda dengan Dewi Srikandi. Ia adalah puteri cantik namun gagah perkasa. Ia adalah prajurit perang.

Ia pandai memanah dan terampil olah keprajuritan. Ia bukan tipe perempuan manja yang diam di kamar. Tetapi perempuan trengginas yang berlaga di medan pertempuran.

Dalam Perang Baratayuda, Srikandi menjadi satu-satunya senopati perempuan yang berperang melawan Resi Bisma.

Srikandi berhasil membunuh Dewabrata (Resi Bisma) di medan Kurusetra. Isteri Arjuna ini bersuara “canthas branyak” berperawakan “weweg” (padat berisi).

Ia bertugas sebagai penjaga keselamatan Keluarga Madukara.

Sumbadra dan Srikandi adalah dua pribadi yang berbeda. Tetapi mereka hidup bersatu dengan rukun dan saling melengkapi satu sama lain.

Sumbadra berperan di lingkup internal, sedangkan Srikandi di area eksternal. Yang satu lemah lembut, lainnya “branyak”.

Dalam Injil hari ini ada dua tokoh wanita bersaudara yakni Marta dan Maria. Mereka punya watak yang berbeda.

Marta tipe orang yang sibuk melayani. Ia menyiapkan segala sesuatu untuk menjamu Yesus dan rombongan-Nya. Marta sibuk dengan banyak perkara.

Maria adalah wanita yang lebih suka duduk dekat kaki Yesus untuk mendengarkan Sabda-Nya.

Maria lebih fokus untuk mendengarkan pengajaran Yesus. Ia tidak sibuk seperti saudarinya.

Kadang kita cenderung mempertentangkan antara dua karakter ini: doa dan karya.

Pribadi Marta mewakili karya. Maria mewakili doa. Seperti sebuah timbangan, keduanya harus seimbang, sama-sama sederajat. Tidak bisa salah satu lebih dominan, sedang yang lain diabaikan.

Doa dan karya, Ora et Labora adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Doa mesti disertai dengan karya, demikian juga sebaliknya.

Doa ibaratnya sebagai nafas dalam karya. Sedangkan karya adalah sumber inspirasi untuk berdoa.

Kalau Marta terlalu dominan, terlalu banyak kerja, maka yang terjadi kelelahan dan tak mampu bersyukur.

Ia mudah menggerutu, “Tuhan tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah ia membantu aku.”

Demikianlah jika karya terlalu dominan, sehingga tak membuahkan hasil, malah kelelahan sendiri dan tidak mampu mensyukuri hasil jerih payahnya.

Karya harus disempurnakan dan dilengkapi dengan doa-doa. Sudahkah anda datang kepada Tuhan untuk berdoa dan mendengarkan sabda-Nya?

Pergi ke pasar membeli mangga,
Diberi bonus buah semangka.
Jangan lupa untuk selalu berdoa,
Setelah seharian anda sibuk berkarya.

Cawas, ora et labora…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here