Kamis, 6 Oktober 2022
- Gal. 3:1-5.
- MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75.
- Luk. 11:5-13.
SETIAP pribadi pasti memiliki pengalaman doa yang berbeda. Ketika kita meminta kepada Tuhan, mungkin dalam waktu yang tidak lama langsung diberikan oleh-Nya.
Tapi mungkin juga dalam waktu yang lama, Tuhan baru memberikan kepada kita. Bahkan mungkin saja tidak diberikan seperti yang kita inginkan. Tetapi yang pasti setiap dari kita menginginkan doa-doa kita dikabulkan.
Hanya ketekunan yang bisa menumbuhkan benih pengharapan yang mulai memudar.
Meski ada suara yang sumbang dan meragukan bahkan menertawakan setiap langkah yang kita ambil, ketekunan membuat kita maju terus dan tidak surut langkah kita.
Doa yang kita panjatkan mestinya disertai dengan usaha yang tidak mengenal lelah, berjuang dengan tekun mewujudkan kehendak Tuhan itu dalam langkah-langkah setiap hari.
Roh Kudus pun akan bekerja pada orang yang berjuang dan berusaha dengan tekun bukan pada orang yang berpangku tangan, menanti dan asal melangkah.
Sebuah keluarga muda yang sudah menikah lebih dari sepuluh tahun, mensyeringkan bahwa doa kepada Tuhan itu tidak pernah sia-sia.
“Ketika kehamilan tidak kunjung terjadi, meski kami sudah berusaha kemana-mana, akhirnya kami berserah kepada Tuhan,” katanya.
“Kami tidak mengendorkan usaha namun kini dengan kacamata yang baru, yakni meletakkan harapan kami pada tangan Tuhan,” sambungnya.
“Kami yakin sepenuhnya bahwa pintu hati serta kemurahan hati Tuhan akan dibuka dan dicurahkan pada mereka,” lanjutnya.
“Ketika kami mempunyai sikap hati yang tidak memaksakan kemauan, dan membuka hati atas kemurahan Tuhan, kehidupan rumah tangga kami menjadi lebih indah dan bahagia,” tegasnya.
“Hingga akhirnya setelah sebelas tahun pernikahan kami, Tuhan menganugerahkan seorang anak pada kami,” urainya.
“Saya tidak pernah meragukan Tuhan, semua indah pada waktunya,” tegasnya.
“Doa yang tak henti dan terus menerus dengan iman yang penuh pasrah pasti didengar Tuhan,” katanya dengan yakin.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga. Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Dalam memahami doa, salah satu tergantung dari apa yang kita mohon dalam doa itu.
Jika doa hanya berpusat pada diri sendiri, maka kita hanya memohon mengenai segala sesuatu yang kita ingini dan tidak memohon tentang apa yang memang menjadi kehendak Tuhan.
Jika kita memohon tentang apa saja yang kita ingini dan hal itu bukan menjadi bagian dari kehendak-Nya, sampai kapan pun doa kita itu tidak akan dikabulkan.
Namun jika kita berdoa untuk menghidupi kehendak Tuhan meski situasi gelap dan sulit kita tetap tekun menjalaninya karena ada Roh Tuhan sendiri yang menuntun dan membimbing kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku masih menuntut setiap doaku dikabulkan tanpa peduli pada apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidupku?