Romo FX Baskara T. Wardaya SJ, Empat Hal Penting Konsili Vatikan II

0
628 views
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Romo FX Baskara T. Wardaya SJ. (Titch TV)

BUKAN Romo FX Baskara T. Wardaya SJ kalau tidak bicara sejarah. Namun, dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta kali ini tidak bicara tentang sejarah politik Indonesia modern -utamanya pernak-pernik kisah Indonesia pasca terjadinya Gerakan 30S.

Ia justru bicara tentang Konsili Vatikan II, karena bagaimana pun juga perhelatan besar yang telah diretas oleh Paus Johannes XXIII ini juga masuk dalam catatan sejarah Gereja Katolik modern. Sebuah konsili ekumenis dengan ribuan peserta dari seluruh dunia yang akhirnya benar-benar merubah “wajah” Gereja Katolik Semesta.

“Dan tentu saja juga Vatikan sendiri,” papar dosen sejarah dan pemangku Francis Wade Chair 2022 di Marquette University, Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, dalam menjawab Titch TV.

Konsili Vatikan II menghasilkan 16 dokumen penting yang terdiri dari

Empat Konstitusi yang bicara tentang Liturgi, tentang Gereja, tentang Wahyu Ilahi, dan tentang Gereja dalam Dunia Modern.

Sembilan Dekrit tentang:

  1. Upaya-upaya komunikasi sosial.
  2. Gereja-gereja Timur Katolik;
  3. Ekumenisme;
  4. Tugas pastoral para uskup dalam Gereja;
  5. Pembaharuan dan penyesuaian hidup religius;
  6. Pembinaan imam;
  7. Kerasulan Awam;
  8. Kegiatan Misioner Gereja;
  9. Pelayanan dan Kehidupan para imam.

Tiga dokumen lain yang sering disebut “Deklarasi”

Tiga Pernyataan -biasa disebut Deklarasi- tentang:

  1. Pendidikan Kristen;
  2. Hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen;
  3. Kebebasan beragama.

Empat hal penting

Menurut imam Jesuit kelahiran Purwadadi, Jateng, ada setidaknya empat hal penting yang layak mendapatkan perhatian, kalau kita ingin menarik benang merah hasil Konsili Vatikan II dengan praktik beriman Gereja Katolik modern saat ini.

Pertama, Konsili Vatikan II berhasil merombak struktur alam pikir tata kelola “pemerintahan” Tahta Suci dan Gereja Katolik Universal.

Dari yang dulu Gereja Katolik berciri sangat hirarkis dan “hanya untuk kalangan sendiri”, namun pasca Konsili Vatikan II Gereja Katolik Universal menjadi semakin kolegial. Mau mengajak setiap orang beriman untuk ikut “mengurusi” Gereja.

“Dan ini terjadi, ketika kaum awam semakin terlibat di dalam Gereja,” papar imam tahbisan tahun 1995 silam dan karenanya Konsili Vatikan II sering disebut ekumenis karena melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan.

Kedua, Konsili Vatikan II telah mengubah “wajah” Gereja Katolik Universal yang dulu dikesankan terlalu sangat Eropasentris, tapi kini semakin membuka terhadap nilai-nilai budaya di luar Eropa. Gereja mulai berani mengakui nilai-nilai utama kemanusiaan di dalam ragam budaya bangsa-bangsa lain di luar Eropa.

Ketiga, juga tak kalah penting adalah bahwa Gereja Katolik mulai berani dan dengan jujur bersedia mengakui kebenaran agama-agama lain.

“Di situlah gema toleransi dan dialog antar agama semakin terbuka dan kini menjadi hal penting dilakukan,” jelas alumnus Seminari Mertoyudan angkatan tahun masuk 1977.

Keempat, kesadaran bahwa Gereja itu “berada” di tengah masyarakat.

Karenanya, “kita semua diajak untuk semakin terlibat dalam urusan dunia, urusan hidup bersama di dalam masyarakat yang menurut bahasa injili –  marilah kita masing-masing semakin termotivasi mau menjadi terang dan garam dunia,” jelas Romo FX Baskara T. Wardaya SJ yang dulu menjalani Tahun Orientasi Kerasulan (TOK)-nya di St. Xavier School Micronesia, Marshall Islands, Amerika Serikat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here