Minggu, 16 Oktober 2022
- Kel. 17:8-13.
- Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8.
- 2Tim. 3:14 – 4:2.
- Luk. 18:1-8.
PADA saat kita mengalami kekeringan rohani, segala yang kita hadapi seakan berujung pada kehampaan.
Saat seperti itu, menjadi saat hati ini merindukan sapaan dan belaian kasih Tuhan.
Tuhan itu memiliki kedaulatan di dalam ketetapan dan rencana-Nya melampaui doa-doa kita.
Doa kita kepada Tuhan tidak bisa menjadi alat untuk menekan Tuhan.
Kita tidak bisa menundukan Tuhan dan meminta Tuhan mengikuti kemauan kita.
Doa itu, sarana kita bersekutu dengan Tuhan yang berkuasa atas hidup dan mati kita. Jadi kalau ada orang yang penyakitnya sembuh, dapat jodoh seperti yang diharapkan, atau sukses dalam pekerjaan atau studi. Itu bukan karena doanya. Tetapi karena Tuhan yang bekuasa.
Kedekatan hati kita dengan Tuhan itulah yang membuat kita bisa tahu sama tahu dengan Tuhan.
Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, dan kita tahu kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Seorang ibu mesyeringkan bahwa hanya dengan ketekunan memohon pada Tuhan jalan hidupnya bersama dua anaknya menemukan banyak keindahan.
“Saya harus membesarkan dua anak sendirian,” kata seorang ibu.
“Suamiku sakit dan meninggalkan kami semua di saat anak-anak masih kecil,” lanjutnya.
“Saya menyadari bahwa ini situasi yang berat, namun saya tidak ingin gagal menjadi orang tua, menjadi manusia, menjadi umat Tuhan,” urainya.
“Saya hanya berusaha sabar dan tekun mengerjakan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah sebaik mungkin,ujarnya.
“Saya tidak mau menggerutu dan menyesali hidup ini. Ibuku selalu mengingatkanku menggerutu kepada Tuhan tidak akan pernah membuat keadaan menjadi lebih baik; menggerutu malah seringkali membuat berkat Tuhan terhambat,” ujarnya.
“Buah ketekunan doa itu, saya nikmati bahwa anak-anak nurut, jarang membuatku susah, sekolahnya bener, dan pergaulannya baik, aktif menggereja,” lanjutnya.
“Saya kerja sampai capai tidak menjadi apa, asal anak-anak sehat dan bahagia,” tegasnya.
“Mimpi saya hanya satu, keluarga kami bisa hidup baik dan bermanfaat bagi sesama,” paparnya.
“Saya selalu tekankan pada anak-anak bahwa tidak peduli seberapa pelannya kita melangkah atau seberapa jauhnya tujuan kita, selama kita melakukan yang terbaik dan tidak berhenti melangkah, suatu hari nanti kita pasti akan sampai ke tempat tujuan,” urainya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”
Tuhan memberi pelajaran bagi kita bahwa berdoa itu tidak boleh cepat menyerah.
Jika kita telah berdoa dan saat ini belum terkabul, sebulan lagi juga belum terkabul, atau bahkan sudah beberapa tahun tak terkabul, Tuhan mau agar kita tidak mudah menyerah.
Doa itu perlu ketekunan, tidak gampang menyerah, tidak gampang putus asa, namun diperjuangkan terus-menerus apa yang menjadi hasrat dan kerinduan kita.
Ketekunan itu membuat kita tahan uji, dan menumbuhkan harapan.
Tuhan mau agar kita tetap optimis bahwa pertolongan Tuhan pasti datang kepada orang yang berseru kepada-Nya.
Bagaimana dengan diriku? Apakah aku tekun berdoa?
Hal tekun dan rajin atau disiplin itu bukan hal yang mahal atau yang murahan, tetapi rutinitas yang kadang membuat seseorang menjadi jenuh, bosan dan itu juga tergantung cara orang menjalani nya. Saya berdoa di usahakan setiap hari, saat.
Apapun yang saya doakan, terkabul cepat dan lamanya itu urusan Tuhan Yesus yang empunya, sedangkan saya hanya bisa meminta kepadaNya.
Karena hanya Dia yang tahu atas apa yang saya lakukan, butuhkan, inginkan. Saya hanya bisa meyakini atas kasih Allah yang telah terjadi dalam kehidupan sehari-hari saya.