Kebangsaan dari Sudut Pandang Umat Beriman (2)

1
1,594 views

Beberapa indikasi bisa kita jadikan masukan.

 Ada sejumlah faktor yang menjadikan kita berefleksi, utamanya sebagai umat beriman, yang menghidupi agamanya di tengah masyarakat: kita memberikan sumbangan, atau malah menghambat terwujudnya identitas kebangsaan dan nilai-nilainya? 

3. 1. Toleransi dan kerjasama, wujud kerukunan umat beragama.

Hidup bersama dalam kemajemukan bisa menjadi berkat atau sebaliknya kutuk. Kemajemukan yang muncul dari suku, budaya, agama bisa memicu ketegangkan menjadi konflik. Kemajemukan yang seperti inilah yang membawa kutuk bagi hidup bersama dan merongrong semangat kebangsaan. Sebaliknya, apabila masing-masing pihak saling menghargai dan melihat perbedaan sebagai unsur yang bisa saling memperkaya, maka kemajemukan itu bisa membawa berkat bagi semua pihak.

Diperlukan adanya sikap toleran, yaitu keterbukaan hati agar yang lain hidup sebagaimana adanya, menurut keyakinannya, dan menjalankan ibadahnya tanpa merugikan mengganggu sesama. Sikap toleransi apalagi ditambah dengan kerjasama di bidang kemanusiaan, niscaya akan bisa meneguhkan kesatuan kebangsaan. Umat beriman dari agama mana pun kiranya bisa berkontribusi dalam bidang toleransi dan kerjasama yang saling meneguhkan ini.  

3.2. Membangun Sikap dan Perilaku Adil penuh cintakasih.

Sikap dan perilaku adil perlu diperjuangkan apabila hidup bersama mau mengarah pada kebersamaan yang solid, kredibel dan tahan uji. Keadilan diperlukan untuk menunjang kehidupan yang harmonis. Dalam kehidupan yang harmonis itu, tiap kelompok dan perorangan berperanan secara berbeda, namun saling melengkapi, menunjang dan memperkaya kehidupan bersama. Membangun sikap dan perilaku adil diperlukan sebagai modal dalam menunjang kehidupan yang stabil.

Bila kita cermati, setiap ketidakadilan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan bagi orang lain. Perampasan hak atas tanah atau milik lainnya akan menjadikan orang semakin miskin. Penggusuran akan menyebabkan pengungsian yang menyengsarakan korbannya. Perlakuan sewenang-wenang dalam masyarakat maupun dalam keluarga akan menimbulkan penderitaan bagi anggotanya. Putusan pengadilan yang memihak orang kaya atau berkuasa akan membawa derita bagi kaum lemah tak berdaya. Begitu seterusnya, kita masih bisa menambahkan deretan contoh-contoh di sekitar kita tentang perilaku tidak adil dan sewenang-wenang dengan segala akibatnya.

Untuk mengatasi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan itu diperlukan sikap dan perilaku yang adil penuh cintakasih bagi semua pihak, untuk  kesejahteraan bagi semua orang. Dengan lain kata, tujuan berperilaku dan bersikap adil penuh cintakasih adalah untuk memberi kesaksian bahwa setiap orang sama martabatnya di hadapan Allah dan harus dihargai secara sama dalam suasana persaudaraan penuh kasih. 

3.3.Menggugat Budaya Korupsi

Dari sekian jenis “kebudayaan” dalam arti negatif, barangkali budaya korupsi menempati ranking tertinggi dan terpopuler. Dan dari tingkat kerumitannya, budaya inilah yang kiranya paling sulit untuk ditangani. Budaya korupsi di Indonesia yang menempati ranking tertinggi di Asia, tingkat penyebarannya sudah semakin masuk ke semua lini dan tingkatan. Ada yang mensinyalir, diberlakukannya otonomi daerah berarti tingkat pemerataan korupsi semakin merajalela. Korupsi, kolusi dan nepotisme makin subur dengan adanya otonomi daerah.

Budaya korupsi tidak lepas pula dari budaya kosumerisme, individualisme, hedonisme dan materialisme. Banyak faktor mempengaruhi keterkaitan itu, tapi akhirnya berujung pada uang (uud: ujung-ujungnya duit). Dan untuk mendapatkan uang banyak dalam waktu yang singkat, korupsi merupakan terabasan yang diminati banyak orang. Akibatnya rakyat disengsarakan, anak menderita gizi buruk, fasilitas umum seperti jalan, sekolah, dll., menjadi rusak berat dan kurang diurus, karena dana untuk itu diselewengkan melalui korupsi. 

Penutup

Setiap agama bisa berkontribusi untuk membangun identitas kebangsaan dengan nilai-nilai yang mencerminkan watak dan budaya keindonesiaan melalui pengarahannya kepada umat berimannya masing-masing. Tokoh agama berperan besar untuk membawa umatnya bersikap menghargai, toleran dan membangun kerjasama kemanusiaan yang bisa merajut kesatuan bangsa. Menanamkan nilai-nilai kejujuran untuk memberantas korupsi melalui ajaran masing-masing dan membangun sikap dan perilaku adil penuh cintakasih kepada setiap pemeluk agama pasti akan berdampak untuk dalam mewujudkan kesejahteraan seluruh bangsa. Semoga semakin bertambahnya usia kemerdekaan Indonesia, semakin tampillah identitas kebangsaan dengan nilai-nilai yang mengedepankan martabat manusia yang beradab.

Palangka Raya, 30 Juli 2012.

Tautan: Jurnal  Bhumiksara edisi Agustus 2012

Artikel terkait:Kebangsaan dari Sudut Pandang Umat Beriman (1)

1 COMMENT

  1. Mencermati kasus Sara di Pilkada DKI , kita sangat prihatin , terasa “kebangsaan” dikalahkan SARA . Namun juga dari Pilkada kita melihat kesadaran rakyat membaik , rakyat bangkit ; mereka menemukan figur pemimpin idaman yang mengutamakan Kebangsaan dari pada Sara , Pemimpin yang melayani . Saya yakin kejadian yang menyakitkan akan membawa masyarakat menyadari pentingnya Kebangsaan , semoga .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here