Kamis. Hari Biasa. Pekan Biasa XXXI (H)
- Flp. 3:3-8a
- Mzm. 105:2-3.4-5.6-7
- Luk. 15:1-10
Lectio
1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”
3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 4 “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. 8 Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. 10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”
Meditatio-Exegese
Pemungut cukai, orang berdosa dan orang Farisi, ahli Taurat
Dikontraskan dua kelompok yang ada di sekeliling Yesus: pemungut cukai-pendosa dan orang Farisi-ahli Taurat. SantoLukas menyajikan lukisan informasi menarik tentang dua kelompok itu.
Pada saat Santo Lukas menulis Injil, antara tahun 70-80, lebih banyak orang dari bangsa asing ingin ambil bagian dalam hidup komunitas. Niat baik itu, ternyata, mendapat tentangan dari mereka yang beranggapan bahwa menerima bangsa asing bertentangan dengan ajaran Yesus.
Maka melalui perumpamaan ini, Sang Tabib hendak menyingkapkan Allah yang berkenan membuka hati dan merentangkan tangan untuk menyambut semua, tanpa kecuali. Yesus menampakkan wajah Allah yang kaya akan belas kasih, Deus autem qui dives est in misericordia (Ef. 2:4, Vulgata).
Kehilangan satu di antaranya
Sebenarnya, mengabaikan seekor domba dan sedirham tidak menjadi masalah besar bagi si gembala dan perempuan itu. Mereka masih memiliki sembilan puluh sembilan ekor domba dan sembilan keping dirham. Tetapi, memperhatikan permainan kata: 99 dan 9, Santo Lukas menyingkapkan bahwa Allah menghendaki keutuhan: 100 dan 10.
Ketika mendapati seekor domba hilang, si gembala segera membuatkan kandang atau pagar untuk mengamankan yang 99 tetap dalam kawanan. Setelah memastikan aman, segera ia meninggalkan kawanan itu. Tiada kekhawatian.
Sebaliknya yang tersesat, pasti, akan panik, tertekan dan ketakutan. Si domba pasti akan terus mengembik sebagai tanda panik, tertekan dan takut. Maka, sang gembala terus berusaha mencari ke setiap jengkal padang gembalaan dan gurun sampai domba yang hilang itu ditemukan.
Bila tidak segera ditemukan, sang gembala pasti cemas. Ia khawatir karena domba itu “meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut.” (Mzm. 49:15).
Sang perempuan itu, pasti, menyimpan 9 keping dirhamnya di tempat yang aman. Setelah itu menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukan sekeping dirham yang hilang.
Bagai gembala dan ibu rumah tangga, Allah terus mencari sampai menemukan, karena satu yang hilang itu bernilai luhur bagi-Nya, bahkan melebihi kumpulan lain yang lebih besar. Cara pandang ini berbeda dengan cara pandang orang kebanyakan.
Mentalitas menyepelekan yang sedikit, kecil, seolah tak berguna, mencerminkan pola pikir kaum Farisi dan ahli kitab (Yoh. 18:14), “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.”, Expedit unum hominem mori pro populo.
Katekese
Suka cita atas pulihnya pendosa sebagai citra Allah. Santo Cyrilus dari Alexandria 376-444:
“Perumpamaan kedua membanding apa yang hilang dengan sekeping dirham (Luk. 15:8-9). Sekeping dari sepuluh, jumlah yang lengkap dalam pembukuan. Angka sepuluh juga bermakna sempurna, karena menjadi penutup dari rangkaian angka terendah ke yang tinggi.
Perumpamaan ini dengan jelas menyingkapkan bahwa kita sepenuh-penuhnya secitra dan serupa dengan Allah, Raja semesta alam. Saya kira di permukaan mata uang drama tercetak gambar raja.
Kita, yang telah jatuh dan hilang, telah ditemukan kembali olrh Kristus dan diubah melalui kekudusan dan kebenaran-Nya sehingga kita serupa dengan-Nya… Pencarian selalu dilakukan untuk apa yang jatuh dan hilang, sehingga perempuan itu menyalakan pelita…
Dengan terang, apa yang hilang diselamatkan, dan pasti ada suka cita bagi kuasa-kuasa di sorga. Mereka bersukacita karena satu orang pendosa bertobat, karena ia yang tahu segala hal telah diajarkan kepada kita.
Mereka terus bersuka cita atas satu orang yang diselamatkan, dipersatukan karena dipersatukan dengan kehendak ilahi, dan tak pernah berhenti memuliakan kelembutan hati Sang Juruselamat.
Suka cita besar macam apa yang memenuhi mereka ketika semua yang di bawah sorga diselamatkan dan Kristus memanggil mereka karena iman untuk mempercayai kebenaran?
Mereka menghilangkan noda dosa dan membebaskan leher mereka dari belenggu kematian. Mereka telah bebas dari kesalahan atas peri hidup yang menyimpang dan jatuh dalam dosa! Kita memperoleh semua ini dalam Kristus.” (Commentary On Luke, Homily 106)
Oratio-Missio
Tuhan, terangilah kami agar kegelapan dosa di hati kami sirna dan kami dipulihkan. Buatlah kami menjadi terang-Mu yang memancar di lingkungan hidup kami sehari-hari agar sesama kami melihat kasih, kebenaran, damai dan harapan dalam Engkau. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan supaya tidak jatuh dalam dosa dan tersesat dari jalan Tuhan?
Gaudium fit coram angelis Dei super uno peccatore paenitentiam agente – Lucam 15:10