“SYUKURAN” amat umum dilakukan, baik oleh masyarakat tradisional maupun modern. Konsep dasarnya berasal dari kata Shukran Ya Lak (bhs Arab: شكرا يا لك ) yang berarti berterimakasih banyak.
Ada banyak alasan dan cara bersyukur. Misalnya, berhasil dalam salah satu usaha seperti meraih gelar akademis atau sukses berbisnis. Itu mendorong orang untuk bersyukur.
Ada yang bersyukur dengan mengundang para tetangga untuk makan bersama. Ada pula yang menyelenggarakan pesta besar, lengkap dengan musik dan aneka hiburan. Bersukacita.
Tuhan juga mengadakan pesta. Tidak untuk bersyukur. Bukankah ucapan syukur utamanya ditujukan kepada Tuhan? Mosok Tuhan bersyukur kepada diri-Nya sendiri?
Tuhan bersukacita, karena dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan kematian mereka.
“Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15: 6.10).
Itu berarti Tuhan mencapai target-Nya. “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19: 10).
Inilah salah satu pesan injil hari ini (Lukas 15: 1-10). Namun, ketika Tuhan mendekati orang berdosa, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat bersungut-sungut.
Mengapa? Karena bagi mereka tidak semestinya pemimpin agama itu bergaul dengan orang berdosa. Mereka akan ikut dikotori dosa (ketularan).
Pandangan mereka benar ketika diterapkan hanya pada manusia. Tetapi, itu tidak berlaku untuk Yesus. Dia itu bukan manusia biasa, karena Dia itu Tuhan yang mahapengasih dan pengampun. Karena Tuhan, tidak mungkin Dia terkontaminasi oleh dosa manusia.
Dia mengundang para pengikut-Nya untuk menempuh jalan yang sama, yakni mencari orang berdosa agar bertobat. Selama bersatu dengan Dia, tidak perlu khawatir bakal terkontaminasi oleh dosa mereka.
Sakramen Baptis telah menyatukan mereka dengan Yesus Kristus. Rahmat sakramen baptis yang sungguh dihayati berdaya luar biasa bagi karya manusia dalam mewartakan Tuhan Yesus dan kasih-Nya.
Hidup mereka diwarnai sukacita. Mereka tidak murung menghadapi orang berdosa dan tidak marah atau menghujat melihat orang jahat.
Tugas mereka bukan mengadili atau menghukum, tetapi mencari dan menyelamatkan kaum pendosa. Bila itu berhasil, mereka akan bersukacita bersama dengan Tuhan.
Bukankah pertobatan manusia menjadi alasan Tuhan bersukacita?
Kamis, 3 November 2022