Politik Identitas

0
427 views
Politik identitas

Bacaan 1: Mal 4:1-2a

Bacaan 2: 2Tes 3:7-12

Injil: Luk 21:5-19

Sebentar lagi bangsa Indonesia akan menjalani pemilihan Presiden baru, karena Pak Jokowi sudah menjabat dua kali periode dan tidak bisa lagi dipilih.

Satu fenomena yang sedang viral saat ini adalah istilah “Politik Identitas”.

Dalam politik identitas, biasanya ada kecenderungan dari orang-orang tertentu lalu membentuk aliansi politik untuk mengamankan tujuannya. Situasi semacam ini bisa mempengaruhi masalah tatanan sosial yang ada.

Ketika sebuah kelompok “merasa” terancam, mereka akan beraliansi dalam konteks tertentu (suku, agama dan lainnya) untuk melakukan serangan pada “kelompok yang mengancamnya”.

Raja Herodes dan para imam Yahudi merasa terancam dengan kehadiran Tuhan Yesus yang makin hari makin popular diantara masyarakat Yahudi. Segala cara digunakan untuk “menghilangkan” Yesus. 

Mereka adalah pemimpin yang semestinya membawa masyarakat Yahudi menuju adil sejahtera dan taat agama namun pada kenyataannya malah mengeksploitasi mereka.

Bait Allah sebagai simbol kehadiran Allah mestinya dijaga dengan baik untuk kemuliaan-Nya. Namun justru banyak terjadi ketidakadilan disitu. Sehingga Tuhan Yesus menubuatkan kehancuran Bait Allah untuk menggambarkan ketidaksukaan Allah pada ketidakadilan yang terjadi disitu.

“Apa yang kamu lihat di situ akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Sama seperti Yesus yang dibenci oleh mereka, para pengikut-Nya pun juga akan mengalami hal yang sama sebagai konsekuensi. Namun mereka yang berbuat ketidakadilan itu akan mendapatkan penghakiman saat Parousia.

Demi menjaga kemegahan diri saat Parousia, Rasul Paulus menegur jemaat Tesalonika yang salah paham akan ajaran Parousia. Mereka menanti datangnya Parousia dengan cara betul-betul menunggu tidak berbuat apa-apa termasuk meninggalkan pekerjaan mata pencahariannya.

Ini adalah sikap yang salah, setiap orang harus tetap menjalankan tugasnya hingga tiba saatnya Parousia datang. 

Tentang Parousia, penulis Maleakhi mengatakan,

“Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.”

Pesan hari ini

Sebagai anggota Gereja, sudahkah kamu menghadirkan keadilan di sekitarmu? Mendengarkan mereka yang terpinggirkan?

Atau justru ikut dalam “politik identitas”, menghadirkan ketidakadilan dalam Gereja?

“Kamu dapat hidup tanpa kebaikan, tetapi kamu tidak dapat hidup tanpa keadilan.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here