Kumbakarna Menangisi Kehancuran Alengka

0
938 views
Kumbakarna (Ist)

Puncta 17.11.22
PW. St. Elisabet dari Hungaria, Biarawati
Lukas 19: 41-44

KUMBAKARNA adalah adik Rahwana. Ia menentang kelakuan Rahwana karena merebut dan menculik isteri Rama yakni Dewi Sinta.

Rahwana marah dan mengusir adiknya. Kumbakarna pergi dari istana Alengka. Ia bertapa tidur karena dia tidak ingin melihat hiruk pikuk urusan negara.

Rama dan balatentara kera yang dipimpin Sugriwa dan Anoman menyerang Alengka. Banyak rakyat yang tak berdosa mati karena perang. Negeri Alengka luluh lantak diobrak-abrik oleh tentara kera.

Para petinggi kerajaan Alengka banyak yang gugur. Patih Prahasta dan Sarpakenaka mati. Gunawan Wibisana membelot ke kubu Rama.

Tidak ada lagi kekuatan di Alengka. Satu-satunya yang diandalkan hanyalah Kumbakarna. Tetapi dia tidak mau diganggu oleh siapa pun.

Kumbakarna tidak mau berperang membela Rahwana yang jahat. Ia tidak sudi berada di pihak yang salah.

Namun ketika dia terbangun dan melihat kehancuran Alengka, menangislah Kumbakarna. Tanah airnya hancur lebur oleh serbuan para wanara (kera). Ia tidak rela melihat puing-puing istananya yang megah.

Kumbakarna mau maju perang, bukan untuk membela keserakahan kakaknya, tetapi ia membela tanah airnya yang telah hancur.

Ia menyayangkan Alengka yang diserbu ribuan prajurit musuh. Akhirnya Kumbakarna gugur di medan laga sebagai kusuma bangsa.

Yesus sangat mencintai Yerusalem. Ia sering datang ke kota itu untuk beribadat dan mengajar orang banyak.

Namun ketika harinya sudah dekat, Yesus menerawang kehancuran Yerusalem. Ia menangisi kota yang dicintai-Nya.

“Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu.”

Yesus datang sebagai Mesias yang membawa damai sejahtera. Tetapi penduduk Yerusalem tidak peduli dan tidak memahami-Nya.

Mereka bahkan menolak dan menyalibkan-Nya. Maka Dia berkata, “Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”

Kumbakarna itu sudah mengingatkan Rahwana untuk menyerahkan kembali Sinta. Tetapi ia justru diusirnya.

Kumbakarna tahu pokok persoalan adalah keserakahan Rahwana. Karena itulah yang akan menghancurkan Alengka. Tetapi nasehatnya tidak diterima.

Kumbakarna harus mati bukan untuk membela kejahatan Rahwana, tetapi karena ia sangat mengasihi Alengkadiraja, tanah tumpah darahnya.

Satu per satu tangan dan kaki Kumbakarna ditembus dengan panah Laksamana.

Dengan berbagai cara Yesus mengingatkan tetapi suara-Nya tidak didengarkan. Bahkan Dia ditolak, dianiaya dan dibunuh dengan keji di kayu salib. Satu per satu tangan, kaki dan lambung Yesus ditembus dengan paku dan tombak.

Yesus bersedih melihat Yerusalem yang tegar hati dan menolak perutusan-Nya. Yesus menangisi kehancuran Yerusalem yang akan segera terjadi.

Yesus sebetulnya menangisi dosa-dosa kita. Mengapa kita tidak bertobat dari segala kejahatan kita?

Pemimpin pulang ke negaranya,
Bali punya kisah indah di mata dunia.
Dosa kita yang merah membara,
Membuat Yesus sedih dan berduka cita.

Cawas, jangan sampai Tuhan menangis…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here