KEGIATAN Bina Bersama pembina iman Anak, Remaja dan OMK se-Malang Raya (Dekenat Malang Kota 1 dan 2, Utara Malang dan Selatan Malang) telah digelar. Membawa tema “Belajar dari Nabi Elia: Mewartakan Injil dengan Sukacita” di Rumah Retret Pusat Spiritualitas Passionis, Pandanlandung, Malang, Sabtu-Minggu, 26-27 November 2022.
Kegiatan pembinaan ini terasa spesial, karena panitia terdiri dari 25 anak muda kreatif dari OMK Gereja Katolik Maria Annunciata, Lodalem, Malang.
Dikerjakan dalam semangat berkolaborasi dengan psikolog Angelina Kartika Sosrodjojo MPsi sebagai pembicara dari OMK Gereja Maria Kusuma Karmel, Jakarta Barat. Dipandu host yang sangat bersemangat: Kak Tomas.
Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 50 pembina. Dibuka dengan dua lagu apik persembahan St. John’s Choir dan tarian dari SDK St. Yohanes, Lodalem.
Dilanjutkan sambutan Kak Vinsensius Ferrer Ervinanda selaku ketua panitia dan Ibu Anastasia Novida, staf Romo Vikjen Keuskupan Malang.
Pembinaan berjenjang, belajar dari Nabi Elia
Pada sesi pertama, Romo Henricus Suwaji OCarm selaku Romo Moderator mengingatkan tentang perlunya pembinaan berjenjang; sesuai dengan Pedoman Pastoral Keuskupan Malang dan menceritakan keberhasilan Paroki Lodalem dalam menerapkannya.
Oleh karena itu, pada pembinaan kali ini OMK Lodalem ditunjuk sebagai panitia agar dapat mensharingkan kegiatan Pondok Kitab Suci atau Bible Camp yang telah berlangsung delapan kali di paroki mereka, yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi paroki lainnya.
Romo Waji kemudian menjelaskan motto Nabi Elia, yang menjadi tema acara pembinaan. Ia mengingatkan panggilan pembina untuk menjaga iman anak-anak yang bisa terealisasikan, jika pembina mampu menjaga terlebih dulu imannya sendiri.
Dari Nabi Elia, pembina belajar bahwa panggilan selalu terjadi di saat-saat sulit, sehingga perlu mendengarkan suara Tuhan dan mengalahkan keinginan dan kemauan diri sendiri.
Intinya, ketika masa sulit menghimpit, maka kita harus siap diutus ke tempat-tempat yang sulit (seperti Elia diutus pergi kepada janda miskin di Sarfat); memahami ada banyak orang yang lebih menderita, hingga kekuatan kita kemudian terbentuk dengan tetap mengandalkan kekuatan Tuhan (1 Raj 16:29-33; 17:1-24)
Panggilan untuk menjadi “nabi” memerlukan keberanian hingga Elia mengungkapkan motto “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan semesta alam.” (1Raj 19:10,14).
Pembina dapat menggunakan motto Elia sebagai kekuatan, karena pembina memiliki panggilan yang sama seperti Elia.
Dan pada akhir sesinya, Romo Waji berpesan, “Guru yang baik, kalau bisa juga menjadi murid yang baik.”
Dalam artian pembina jangan pernah lelah untuk upgrade dirinya.
Hukum kasih, kualitas iman dan tahap kedewasaan
Pada sesi kedua dengan tema “Pembinaan Iman Berdasarkan Tahap Perkembangan Psikologis” Kak Angeline memaparkan mengenai tantangan iman dewasa ini beserta sudut pandang psikologis berkaitan dengan hati Nurani.
Pendampingan berjenjang harus menekankan pada kualitas Iman berlandaskan hukum kasih (Mat.22:36-40) serta memahami tiga jenis hati nurani dan tahapan menuju kedewasaan, yaitu Bergantung, Berjarak (oposisi) dan Berdamai (otonom).
Semua itu dipaparkan melalui sebuah diagram sumbu-sumbu pusat pribadi manusia.
Praktik kreativitas Kitab Suci di depan api unggun
Sesi ketiga bertema “Mewartakan Kitab Suci Lewat Kreativitas”.
Di sini Kak Angeline mengajari beberapa contoh kreativitas dalam mengajar Kitab Suci yaitu games, breaking news, wayang, face show serta gerak dan lagu.
Di awali tablo dari panitia di halaman berumput tentang kisah Nabi Elia melawan Dewa Baal, hari pertama pembinaan ini diakhiri dengan praktik kreativitas mengajar Kitab Suci oleh 5 kelompok bergantian.
Dilaksanakan di hadapan api unggun yang menghangatkan malam setelah hujan.
Outbond bertema Nabi Elia
Esoknya, acara dimulai dengan senam ringan dilanjutkan outbond dalam kelompok, terdiri dari lima pos yang masih bertema kisah Nabi Elia.
Acara yang dikemas apik dan seru membuat peserta belajar Kitab Suci dalam suasana sukacita dan semakin saling mengenal satu sama lain serta memahami makna teamwork.
Inilah inti dari apa yang telah disampaikan Romo Waji dan Kak Angeline dalam setiap sesinya.
Narasi Kitab Suci dan Lectio Divina
Setelah bersih diri dan sarapan, pada sesi ke-4 peserta dipandu Kak Angeline menumbuhkan iman melalui “Narasi Kitab Suci”, belajar dan praktik tentang dua macam metode belajar Kitab Suci yaitu Metode Narasi dan Lectio Divina yang menarik.
Dan pada sesi ke-5, Kak Happy, Kak Ferrel, dan Kak Anggi berbagi pengalaman tentang kegiatan Bible Camp; mulai dari pembentukan panitia, menentukan tema, anggaran, izin, pelaksanaan dan lainnya, juga tujuan serta buah-buah dari kegiatan tersebut.
Hingga akhirnya keseluruhan sesi ditutup dengan diskusi sesama peserta mengenai kemungkinan direalisasikannya Bible Camp di paroki masing-masing.
Diiringi derasnya hujan di luar kapel, rangkaian pembinaan selama dua hari akhirnya ditutup dengan Misa Hari Minggu Adven I dipimpin oleh Romo Henricus Suwaji O.Carm.
Dalam homilinya Romo Waji mengingatkan bahwa pembina wajib untuk mempersiapkan kedatangan Yesus sebagai pembawa sukacita; dengan berjaga-jaga dan tetap memiliki tiga hal: iman, kesetiaan dan saling menghargai satu sama lain.
Homili diakhiri dengan pertanyaan romo tentang kesan selama acara; kemudian dijawab beragam oleh peserta, seperti semangat, sukacita dan luar biasa.
Semua ini nantinya -demikian menurut Romo Waji- harus disampaikan kepada Romo Paroki masing-masing.