Dianggil untuk Taat Setia

0
442 views
Ilustrasi: Kesetiaan

Kamis, 8 Desember 2022

HARI RAYA S.P. MARIA DIKANDUNG TANPA NODA

  • Kej. 3:9-15,20.
  • Mzm. 98:1,2-3ab,3bc-4.
  • Ef. 1:3-6,11-12.
  • Luk. 1:26-38.

SUASANA batin Maria tentu bergejolak. Dia melihat banyak tantangan yang amat berat bagi Maria dengan situasi yang dialami.

Betapa besar risiko yang akan ditanggung sebagai seorang perempuan. Ia bukan saja terancam kehilangan orang-orang yang dikasihi tapi kehilangan martabat hidup selaku perempuan bahkan kehidupannya sendiri akan berakhir dalam kematian sesuai hukum Yahudi.

Siapa pun kaum perempuan yang berada pada posisi Maria, pasti merasa gentar, bimbang dan dapat mengambil keputusan mengakhiri hidup sebagai cara menghindarkan diri dari risiko.

Maria, dalam situasi batin seperti itu, dia tidak gentar dan bimbang tidak kehilangan penghayatan hidup yang mendalam akan kehendak dan niat baik Allah.

Itu sebabnya Maria memilih untuk tunduk dan taat pada kehendak Allah dan dengan rendah hati berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.

“Waktu ibu masih hidup, ibu yang kadang mengingatkanku untuk memikirkan hidup sendiri, bukan selalu berkorban untuk orang lain,” kata seorang bapak.

“Saya punya niat untuk membantu sekolah adik-adikku sampai perguruan tinggi,” ujarnya.

“Biar bapak tiada namun jangan sampai adik-adik tidak bisa mengenyam pendidikan yang baik,” sambungnya.

“Saya putus tetap sekolah dan kemudian kuliah dengan tidak mengambil tabungan keluargaku, aku ingin membiayai semua aktivitasku dengan hasil keringatku sendiri,” urainya.

“Semia berjalan lancar dan kini adik-adikku sudah selesai kuliah bahkan sudah ada yang menikah,” lanjutnya.

“Sedangkan aku sendiri setelah berjuang membiayai adik-adik, kini mengurusi orang sakit-sakitan,” sambungnya.

“Umurku sudah 55 tahun lebih, aku ingin tetap melayani Tuhan melalui keluargaku,” ujarnya.

Dalam. Bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Janganlah takut, Maria, karana Allah berkenan kepada engkau. Engkau akan mengandung, lalu melahirkan seorang anak lelaki.

Hendaklah engkau menamakan Dia Yesus. Dia akan menjadi agung dan akan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi.,”

Sini juga secara jujur menampilkan asal usul Yesus. Kemudian mempersilakan manusia atau orang percaya memberi penilaian.

Dari cara pandang negatif orang bisa mengatakan asal usul Yesus mungkin sesuatu yang rumit atau bisa jadi sebuah aib, tetapi dari cara pandang Allah, justru nilai kekudusan Allah bergerak keluar patokan manusia, dan bagaimana kekudusan Allah itu justru merangkul orang-orang terbuang.

Yesus benar-benar menjadi figur yang masuk dalam pergumulan manusia dan kehinaannya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku percaya akan rencana Tuhan dalam hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here