APAKAH yang membuat seorang ibu bersukacita? Salah satunya adalah kelahiran anaknya. Itulah yang kita lihat dalam diri Hana (1 Samuel 24-28) dan Bunda Maria (Lukas 1: 46-56).
Apa yang dapat kita renungkan dari dua tokoh ini?
Kita bisa belajar dari Hana tentang bersukacita secara penuh. Dia bersukacita, karena Tuhan telah mengabulkan doanya (1 Samuel 1: 27).
Sukacita menjadi sempurna bukan ketika dinikmati sendiri, melainkan ketika dibagi. Dia mempersembahkan kembali buah sukacitanya kepada Tuhan (1 Samuel 1:28).
Bunda Maria menunjukkan alasan-alasan yang benar dalam bersukacita.
- Pertama, beliau bersukacita karena Allah, Juruselamatnya (Lukas 1:47). Adakah alasan yang lebih baik dan benar selain bersukacita dalam dan karena Tuhan?
- Kedua, beliau mengalami bahwa Tuhan memperhatikan hamba-Nya yang rendah hati (Lukas 1:48). Kerendahan itu jalan tercepat menuju dan mencapai hidup yang sempurna. Inilah jalan singkat yang sangat sulit ditempuh manusia pada umumnya.
- Ketiga, beliau menjadi tempat Tuhan melakukan karya-karya besar. Dalam dirinya rencana penyelamatan manusia menjadi nyata. Dia!menjadi ibu Tuhan.
Lebih dari itu, Bunda Maria bersukacita atas rahmat Tuhan bagi mereka yang takut akan Dia (Lukas 1: 50). Bahwa Tuhan menurunkan orang yang tinggi hatinya dan mengangkat yang hina dina (Lukas 1: 52).
Pengalaman Hana dan Bunda Maria mengajar kita untuk bersikap sama.
- Pertama, bersyukur atas semua anugerah Tuhan.
- Kedua, memuji Tuhan atas karya agungnya bagi umat manusia.
- Ketiga, menyadari bahwa setiap orang menjadi tempat bagi Tuhan dalam mewujudkan karya-Nya.
Hana dan Bunda Maria hidup sesuai dengan rencana Tuhan. Itu membuat mereka sukacita. Mereka menjadi contoh dalam bersukacita secara benar.
Kamis, 22 Desember 2022