SELURUH ciptaan ada berkat Sabda Allah (Kejadian 1: 1-27). Tak satu pun yang ada telah terjadi di luar Sang Sabda (Yohanes 1: 1-18). Sabda itu bukan hanya menciptakan manusia, tetapi juga menuntun hidup mereka.
Surat Santo Paulus kepada Orang Ibrani menegaskan, “Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4: 12).
“Firman Allah” di sini bukan hanya Kitab Suci. Itu pewahyuan Tuhan. Sabda Tuhan itu lebih daripada tuntunan dan instruksi bagi kehidupan ini, karena dapat menilai dan membedakan pemikiran dan maksud hati (Ibrani 4: 12).
Sabda itu menyingkap seluruh diri manusia, sehingga tidak ada sesuatu pun tersembunyi bagi-Nya. “Segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia.” (Ibrani 4: 13).
Di hadapan Dia, semua manusia harus mempertanggungjawabkan hidupnya (Ibrani 4: 13). Karena dosa-dosanya, orang takut mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan. Itu tidak berlaku untuk orang-orang yang percaya kepada Sang Sabda.
Para pembaca surat ini (orang Yahudi yang telah menjadi Kristen) diajak untuk mendekati takhta kasih karunia bersama Sang Sabda yang telah menjadi Imam Besar (Ibrani 4: 14).
Dialah Imam Besar yang telah dicobai seperti manusia, namun tidak berdosa (Ibrani 4: 15). Dia merasakan dan memahami kelemahan manusia.
Siapakah Imam Besar itu? Dialah yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah (Ibrani 4: 14). Kita bisa mengenal Dia secara lebih mendalam dengan membaca dan merenungkan Surat Santo Paulus kepada Orang Ibrani dari bab 4 hingga bab 10.
Imam Besar itu tampak dalam Sabda yang telah menjadi manusia. Dia berkuasa memulihkan manusia dari dosa. Dia tidak enggan bergaul dengan pemungut cukai dan orang berdosa (Markus 2: 17).
Jadi, Sang Sabda itu tidak hanya menciptakan dan menuntun manusia, melainkan juga menyelamatkannya. Betapa bahagia orang yang percaya kepada-Nya.
Sabtu, 14 Januari 2023
