Ketajaman dan Kepekaan Warga NU

0
167 views
Perayaan seabad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo, Jatim, awal Februari 2023. (Ist)

Puncta 14.02.23
PW St. Sirilus, Pertapa dan Metodius, Uskup
Markus 8: 14-21

MASIH terngiang rekomendasi yang dibacakan oleh Gus Mus dan Yenny Wahid dalam peringatan seabad Nahdlatul Ulama (NU) di Stadion Sidoarjo beberapa waktu lalu.

Saya mengutip sebagai berikut:

“Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa pandangan lama yang berakar pada tradisi fikih klasik, yaitu adanya cita-cita untuk menyatukan umat Islam di bawah naungan tunggal sedunia atau negara khilafah harus digantikan dengan visi baru demi mewujudkan kemaslahatan umat.

Cita-cita mendirikan kembali negara khilafah yang dianggap bisa menyatukan umat Islam sedunia, namun dalam hubungan berhadap-hadapan dengan non muslim bukanlah hal yang pantas diusahakan dan dijadikan sebagai sebuah aspirasi.

Sebagaimana terbukti akhir-akhir ini melalui upaya mendirikan negara ISIS, usaha semacam ini niscaya akan berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama yang tergambar dalam lima prinsip, menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.

Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, cara yang paling tepat dan manjur untuk mewujudkan kemaslahatan umat Islam sedunia adalah dengan memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim atau nonmuslim serta mengakui adanya persaudaraan seluruh manusia anak cucu Adam.”

Rekomendasi ini mencerminkan suara hati terdalam, tidak hanya para warga NU, tetapi sebagian besar Rakyat Indonesia.

Warga NU sangat peka mendengarkan suara hati rakyat. Mereka melihat dengan mata hati dan mendengar dengan telinga yang peka akan kehendak Rakyat sesungguhnya.

Warga NU merasa gundah dan gelisah karena ada kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara khilafah di Indonesia.

Ide Khilafah ini semacam ragi yang disebarkan oleh mereka yang punya mimpi menyatukan umat Islam seluruh dunia.

Warga NU mempunyai mata yang tajam bagai elang, telinga yang peka bagai kelelawar yang mampu mendeteksi suara terdalam rakyat Indonesia.

Mereka mengingatkan dan mengajak seluruh elemen bangsa untuk menegakkan NKRI sebagai rumah bersama.

Kalau kita terbius dan tidak waspada ragi semacam itu akan terus disebarkan dan bisa merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hati-hatilah dengan ragi ideologi asing yang disusupkan di tengah-tengah kita.

Yesus mengingatkan kepada murid-murid-Nya, “Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.”

Tetapi para murid tidak menangkap maksud Yesus.

Maka Dia mengkritik mereka, “Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar?”

Mata hati warga NU sudah melihat. Telinga mereka yang peka sudah mendengar. Mereka mengingatkan kepada seluruh anak bangsa, ada ragi yang sedang menyusup di tengah-tengah kita. Waspadalah, buka mata, buka telinga.

Ada orang menyebarkan ragi,
mau mengganti negara demokrasi.
Mari menyatu; NKRI harga mati,
Bhineka Tunggal Ika tetap di hati.

Waspadalah….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here